Selasa, 24 Juni 2014




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pengambilan spesimen feses, sputum dan cairan vagina ini untuk pemeriksaan laboratorium kepada pasien atau  klien yang dibantu atau ditangani oleh tenaga medis dengan pengambilan cara tertentu. Sehingga dimana pengambilan spesimen feses ini dilakukan dengan  cara pemeriksaan kultur yaitu pengambilan tinja dilakukan dengan alat-alat secara steril, sedangkan pengambilan spesimen sputum itu sendiri yaitu bahan yang dikeluarkan dari paru-paru, bronchus dan trachea melalui mulut. Dan pengambilan cairan vagina atau hapusan genitalia ini dilakukan kepada pasien wanita yang terkena infeksi menular seksual atau infeksi dari leher rahim, dimana pemeriksaan pap smear lendir diambil dari forniks posterior dan dilakukan kepada pasien tidak sedang haid.
1.2 Rumusan Masalah               
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini, diantaranya :
1.      Pengambilan spesimen feses dengan pemeriksaan laboratorium
2.      Pengambilan spesimen sputum
3.      Pengambilan cairan vagina atau hapusan genitalia
                                             
1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah keterampilan dasar kebidanan selain itu diharapkan mahasiswa agar mampu :
1.      Mengetahui dan membantu mempraktikan pengambilan spesimen feses kepada pasien saat pengambilan tinja untuk pemeriksaan laboratorium.
2.      Mengetahui dan membantu mempraktikan pengambilan spesimen sputum kepada pasien yang mengalami infeksi atau peradangan saluran pernafasan untuk pemeriksaan laboratorium.
3.      Mengetahui dan membantu mempraktikan pengambilan cairan vagina kepada pasien saat terkena infeksi menular seksual atau infeksi leher rahim.

                                                       














BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengambilan Spesimen Feses atau Tinja
    1.Dasar teori
    Menyiapkan tinja (feses) untuk pemeriksaan laboratorium dengan cara pengambilan tertentu. Tujuan untuk membantu menegakkan  diagnosa. Macam pemeriksaan tinja adalah pemeriksaan lengkap yang meliputi warna, bau, konsistensi, lender, darah dan telur cacing. Pada pasien yang tidak  bisa BAB, tidak boleh dilakukan huknah/ clismah atau diberi obat-obat pencahar, tetapi harus diambil langsung dengan jari yang memakai sarung tangan (cara touche). Untuk pemeriksaan kultur pengambilan  tinja dilakukan secara steril. Caranya sama dengan toucher, tetapi alat-alat yang digunakan dalam keadaan steril.(yuni kusmiati,2007)
      2.Tujuan
Mengidentifikasi adanya darah,urobilinogen,(untuk mengetahui gangguan hati) lemak, nitrogen, parasit, protozoa dan bakteri, mucus dan lemak dalam feses.
        3.Indikasi                                                     
Mengidentifikasi adanya kondisi-kondisi patologi seperti tumor,hemoragik infeksi atau masalah-masalah absorpsi.
        4.Hal-hal yang perlu diperhatikan
a.       Klien dapat melakukan pengambilan secara mandiri tetapi klien perlu di ajarkan cara pengambilan specimen dengan tekhnik aseptic.
b.      Usahakan feses yang di ambil tidak bercampur dengan urin, darah menstruasi, kertas tisu atau air. Akan lebih baik jika klien BAK terlebih dulu sebelum pengambilan spesimen feses. Jika feses tercampur dengan air, maka feses tersebut tidak dapat digunakan untuk pemeriksaan adanya lemak dalam feses tetapi dapat di gunakan untuk pemeriksaan adanya bakteri dalam feses.
c.       Spesimen feses yang sudah di ambil sebaiknya segera mungkin di bawa ke laboratorium karena feses yang fres atau baru di keluarkan oleh klien akan menghasilkan analisa yang jauh lebih akurat.
d.      Gunakan sarung tangan untuk mencegah kontaminasi tangan perawat dengan feses klien.usahakan feses tidak menyentuh bagian luar penampung feses. Gunakan alat bantu untuk memindahkan feses kedalam penampung feses. Jika sudah selesai,bungkus terlebih dahulu alat bantu tersebut sebelum di buang ke kantong plastik sampah khusus untuk mencegah penyebaran mikroorganisme.
e.       Feses yang diambil kurang lebih sepanjang 2,5cm atau sekitar 15-30 cc (jika dalam bentuk cair). Jika feses terdapat lendir, darah atau pus maka sertakan pula dalam pemeriksaan specimen.

5.Persiapan Alat                                                
a.       Sarung tangan
b.      Wadah sampel feses
c.       Lidi 2 batang
d.      Baskom berisi air hangat
e.       Waslap
f.       Pispot
g.      kertas tisu
h.      vaseline
i.        Kapas basuh
6.Prosedur Kerja
1.      Memberitahu dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan
2.      Menyiapkan alat, membawa kedekat pasien
3.      Memasang sampiran
4.      Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
5.      Mencuci tangan denghan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
6.      Memakai sarung tangan
Ø  Pada Pasien yang Tidak Kuat Berjalan
7.      Memasang pengalas dibawah bokong pasien
8.      Memberikan urinal pada pasien untuk BAK/kencing
9.      Mengganti urinal dengan pispot untuk BAB/berak
10.  Mengambil tinja sedikit dengan lidi kapas , memasukkan kedalam tempat/botol yang sudah disediakan
11.  Membantu pasien untuk cebok
Ø  Pada Pasien yang Dapat Berjalan
12.  Memberitahu pasien untuk mengambil tinja dengan lidi kapas dan memasukkan ketempat yang telah disediakan, jangan sampai tinja tercampur dengan airnya
13.  Memberi  etiket yang jelas dan mengisi formulir pengiriman, untuk segera dikirim ke laboratorium
14.  Membereskan alat
15.  Mencuci sarung tangan dengan larutan clorin 0,5%, lepas sarung tangan secara terbalik dan merendam dalam larutan clorin selama 10 menit
16.  Memncuci tangan dengan sabun dan air mengalir, dan mengeringkan dengan handuk bersih
17.  Evaluasi
18.  Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
B.Pengambilan Spesimen sputum
1.Dasar teori
Proses pengambilan sekresi sputum dan paru-paru, bronkus dan trakea yang dihasilkan oleh klien yang sakit. Pada orang yang sehat tidak akan dihasilkan sputum kecuali dalam jumlah yang sangat sedikit. Sebelum dilakukan pengambilan spesimen sputum, klien akan di minta melakukan tekhnik batuk efektif terlebih dahulu sehingga sputum yang ada di dalm paru-paru,bronkus dan trakea akan keluar melalui mulut dan dapat di masukan ke dalam penampung khusus sputum. Jika klien tidak mampu melakukan batuk efektif atau klien dengan penurunan kesadaran, maka pengambilan spesimen sputum dilakukandengan menggunakan alat suction.sputum yang dapat disimpan dalam penampung/wadah sputum.    Waktu pengumpulan sampel sputum ditentukan berdasarkan tujuan pemeriksaan . Berdasarkan  waktu pengumpulan sputum ,  sampel sputum dibagi menjadi dua, yaitu sampel  sputum  pagi hari atau semalam dan sampel sputum sewaktu. Waktu pengumpulan sputum yang paling baik adalah pagi hari, dengan volume sputum yang terkumpul sekitar 3-5 ml pada setiap wadah sampel sputum.(nurhasanah,2011)
       2.Tujuan
a.       Sputum kultur : mengidentifikasi jenis mikroorganisme secara spesifik sehingga dapat diketahui penyebab masalah kesehatan klien dan menentukan jenis terapi yang tepat (sensitivitas)
b.      Sputum sitologi : mengidentifikasi bentuk, struktur, fungsi dan patologi sel. Pemeriksaan ini di lakukan untuk mengidentifikasi adanya sel kanker di dalam paru-paru serta spesifikasi sel tersebut. Spesimen untuk kepentingan sitologi sering dilakukan secara berseri sebanyak 3 kali setiap pagi.
c.       Sputum AFB (Acid-Fast  Bacillus, Bakteri Tahan Asam/BTA): mengidentifikasi adanya penyakit TBC (Tuberculosis pam). Pemeriksaan ini dilakukan secara berseri sebanyak 3 hari berturut-turut.
d.      Menilai efektifitas terapi yang sudah di lakukan.
         3.Indikasi
Efektif dilakukan pada klien dengan supect penyakit pernafasan, seperti bronchitis, TBC, kanker paru, dan lain-lain.
           4.Hal-hal yang perlu diperhatikan
a.       Lakukan pengambilan specimen di pagi hari karena akumulasi secret paling banyak di pagi hari. Lakukan sebelum melakukan aktifitas harian, termasuk makan dan minum.
b.      Jika klien menggunakan gigi palsu, maka lepaskan alat tersebut terlebih dahulu sebelum melakukan prosedur.
c.       Lakukan perawatan mulut sebelum pengambilan sputum karena specimen dapat terkontaminasi dengan mikroorganisme yang ada di mulut.
d.      Minta klien untuk menarik nafas panjang kemudian melakukan batuk efektif. Keluarkan sputum sebanyak kurang lebih 2 sendok makan atau 15-30 cc.
e.       Gunakan sarung tangan untuk menghindari kontak langsung dengan sputum yang dihasilkan klien.
f.       Yakinkan sputum yang di keluarkan klien maasuk ke daalam penampung sputum dan tidak menyentuh bagian luar penampung sputum.jika bagian luar sputum terkontaminasi dengan sputum, bersihkan dengan cairan desinfektan.
g.      Lakukan perawatan mulut kembali setelah pengambilan sputum  untuk menghilangkan bau atau ras yang tidak enak.
h.      Pemeriksaan sputum kultur membutuhkan waktu beberapa hari. Untuk kultur bakteri diperlukan waktu 2-3 hari untuk tumbuh, sedangkan pertumbuhan jamur membutuhkan waktu satu minggu atau lebih. Tes sensitivitas untuk menentukan terapi (misaknya antibiotic) yang tepat, memerlukan waktu tambahan 1-2 hari.
            5.Persiapan alat
Botol kecil untuk wadah sampel sputum dengan syarat :
a.       Mulut botol lebar
b.      Penutup berulir
c.       Steril
d.      Tidak mudah pecah
e.       Tidak bocor
f.       Sekali pakai

6.Prosedur kerja
1.      Menganjurkan klien untuk berkumur terlebih dahulu.
2.      Menyiapkan wadah sampel yang memenuhi syarat.
3.      Meminta klien untuk berdiri atau duduk dengan tubuh condong kedepan.
4.      Meganjurkan klien untuk menarik nafas dalam,kemudian batuk dengan segera dan sekuat mungkin hingga sputum terasa keluar dari trakea. Bukan tenggorok.
5.      Tampung sputum yang keluar kedalam wadah yang telah di siapkan. . bersihkan mulut wadah, kemudian tutup. Pastikan sampel yang di peroleh adalah sputum, bukan air liur.
6.      Beri label pada wadah dan kirim dengan segera kelaboratorium beserta formulir pemeriksaan.

      C.Pengambilan cairan vagina
   1.Dasar teori
   Hapusan kemaluan/genetalia dilakukan pada pasien wanita dengan tersangka terkena infeksi menular seksual, Ca atau infeksi dari leher rahim. Pada pemeriksaan pap smear lendir di ambil dari forniks posterior dan dilakukan pada saat pasien tidak sedang haid (Kusmiyati,2007).
2.Tujuan pemeriksaan
1.         Deteksi dini dan diagnosis kanker serviks.
2.         Mengetahui perubahan perkembangan sel kanker rahim, sampai mangarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini.
3.Kapan pemeriksaan dilakukan
1.         Saat wanita berusia diatas 20 tahun yang telah menikah atau sudah melakukan senggama, dianjurkan sekali setahun secara teratur seumur hidup.
2.         Bila pemeriksaan tahunan 3 kali berturut-turut hasilnya normal, pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap 3 tahun.
            Kanker serviks atau kanker leher rahim
1.         Kanker yang paling banyak diderita wanita di dunia.
2.         Di Indonesia merupakan jenis kanker terbanyak pada wanita.
3.         Angka kematian yang tinggi karena sebagian penderita datang pada stadium lanjut.
4.         Tidak terjadi secara tiba-tiba.
5.         Prosesnya bertahap dan memerlukan waktu yang cukup lama, tetapi progresif.
6.         Bermula dari kelainan sel yang mengalami mutasi, lalu berkembang menjadi sel di plastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia (lesi prakanker).
Deteksi Dini
Deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan pap smear. Pemeriksaan ini berguna sebagai pemeriksaan penyaring dan pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih mudah dan murah. Bagi wanita berusia diatas 25 tahun yang telah menikah atau sudah melakukan senggama dianjurkan untuk pap smear sekali setahun secara teratur seumur hidup. Bila pemeriksaan tahunan 3 kali berturut-turut hasilnya normal, pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap 3 tahun. Pada wanita dengan resiko tinggi, pemeriksaan harus dilakukan sekali setahun atau sesuai petunjuk dokter. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit serta bisa dilakukan setiap saat, kecuali pada masa haid. 2 hari sebelum dilakukan pemeriksaan pap smear jangan menggunakan obat-obatan yang dimasukkan ke dalam liang senggama (vagina). Bila hasil pemeriksaan pap smear ditemukan adanya sel-sel epitel serviks yang bentuknya abnormal (displasia), harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut (Widyastuti, Yani. 2009).
Pengobatan
Bila ditemukan pada stadium dini, kesembuhan penyakit kanker serviks akan sempurna, hampir 100%. Pengobatan stadium prakanker dapat dilakukan dengan cara seperti krioterapi, vaporisasi laser, elektrokoagulasi diatermik, dan konisasi. Pengangkatan rahim (uterus) total bisa dipertimbangkan bila sudah cukup anak. Setelah operasi pengangkatan rahim total, dilanjutkan dengan radioterapi. Kemoterapi dilakukan pada stadium lanjut yang telah bermetastasis jauh atau timbul ke kambuhan (Widyastuti, Yani. 2009).
Faktor resiko
Dari hasil penelitian mutakhir diketahui bahwa penyebab kanker serviks adalah sebagai berikut :

1.         Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Lebih dari 90% kasus kondiloma serviks, semua NIS, dan kanker serviks mengandung DNA virus HPV. Dari 70 tipe HPV yang diketahui saat ini, ada 16 tipe HPV yang erat kaitannya dengan kejadian kanker serviks. Virus ini ditularkan melalui hubungan seksual. Wanita yang beresiko terkena penyakit akibat hubungan seksual juga beresiko terinfeksi virus ini sehingga mempunya resiko terkena kanker serviks.
2.         Perilaku seksual
Berdasarkan penelitian, resiko kanker serviks meningkat lebih dari 10 kali bila berhubungan dengan 6 atau lebih mitraseks, atau bila berhubungan seks pertama dibawah 15 tahun. Resiko juga meningkat biloa berhubungan seks dengan laki-laki beresiko tinggi (laki-laki yang berhubungan seks dengan banyak wanita), atau laki-laki yang mengidap penyakit jengger ayam (kondiloma akuminatum) di zakarnya (penis).
3.         Rokok sigaret
Wanita perokok mempunyai resiko 2 kali lipat terhadap kanker serviks dibandingkan dengan wanita bukan terkandung nikotin dan zat lainnya yang terdapat di dalam rokok. Zat-zat tersebut menurunkan daya tahan serviks dan menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga timbul kanker serviks, disamping merupakan kokarsinogen infeksi virus.
4.         Trauma kronis pada serviks
Trauma ini terjadi karena persalinan yang berulang kali (banyak anak), adanya infeksi, dan iritasi menahun.
5.         Kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko
1,5 sampai 2,5 kali bila diminum dalam jangka panjang, yaitu lebih dari 4 tahun.
6.         Defisiensi zat gizi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan resiko terjadinya NIS 1 dan NIS 2, serta mungkin juga meningkatkan resiko terkena kanker serviks pada wanita yang rendah konsumsi beta karoten dan vitamin (A, C, dan E).

4.Persiapan Alat
              a.  Kapas lidi steril atau oase
              b.Objek gelas
              c.Bengkok
              d.Sarung tangan
              e. Larutan clorin 0,5%
              f.Spekulum
              g.Kain kassa, kapas sublimat
              h.Perlak
              i.handuk                 
            5.Prosedur kerja
1.      Memberi tahu dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan
2.      Menyiapkan alat dan bahan
·         Kapas lidi steril atau oase
·         Objek gelas
·         Bengkok
·         Sarung tangan
·          Larutan clorin 0,5%
·         Spekulum
·         Kain kassa, kapas sublimat
·         Perlak
·         handuk
3.      Memasang sampiran
4.       Menganjurkan pasien untuk membuka pakaian bawah (tetap jaga privacy pasien)
5.      Memasang perlak di bawah bokong pasien
6.      Mengatur posisi pasien dengan kaki di tekuk dorsal recumbent
7.      Mencuci tangan dengan tehnik tujuh langkah dengan sabun dan air mengalir,lalu mengeringkannya dengan handuk bersih
8.      Memakai sarung tangan steril
9.      Buka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak dominan
10.  Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi tangan yang dominan sesuai kebutuhan
11.  Menghapus secret vagina pada objek glass yang di sediakan
12.  Membuang kapas lidi dalam bengkok
13.  Memasukan objek gelas kedalam piring petri atau kedalam tabung kimia dan tutup
14.  Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk dikirim ke laboratorium
15.  Setelah selesai,membereskan alat
16.  Mencuci sarung tangan dalam larutan clorin 0,5%,lepas sarung tangan secara terbalik dan merendam dalam larutan clorin selama 10 menit
17.  Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,mengeringkan dengan handuk bersih
18.  Evaluasi
19.  Melakukan dokumentasi tindakan yang telah di lakukan










BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan hasil teori-teori tentang pengambilan spesimen feses/tinja,sputum,cairan vagina telah diketahui dengan adanya tinjauan pemeriksaan laboratorium merupakan suatu tindakan dan prosedur untuk pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita berupa feses,sputum(dahak),dan cairan vagina.
Adapun tujuan dari pemeriksaan laboratorium yaitu:
·         Mendeteksi penyakit-penyakit
·         Menentukan resiko
·         Scanning/uji saring adanya penyakit sub klinis
·         Konfirmasi pasti diagnosis
·         Menentukan kemungkinan diagnostic yang dapat menyamarkan gejala klinis
·         Membantu pemantauan pengobatan
·         Memantau perkembangan penyakit
·         Mengetahui ada tidaknya penyakit







Tidak ada komentar:

Posting Komentar