BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Pengambilan
spesimen feses, sputum dan cairan vagina ini untuk pemeriksaan laboratorium
kepada pasien atau klien yang dibantu
atau ditangani oleh tenaga medis dengan pengambilan cara tertentu. Sehingga
dimana pengambilan spesimen feses ini dilakukan dengan cara pemeriksaan kultur yaitu pengambilan
tinja dilakukan dengan alat-alat secara steril, sedangkan pengambilan spesimen
sputum itu sendiri yaitu bahan yang dikeluarkan dari paru-paru, bronchus dan
trachea melalui mulut. Dan pengambilan cairan vagina atau hapusan genitalia ini
dilakukan kepada pasien wanita yang terkena infeksi menular seksual atau
infeksi dari leher rahim, dimana pemeriksaan pap smear lendir diambil dari
forniks posterior dan dilakukan kepada pasien tidak sedang haid.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah yang akan dibahas pada makalah ini, diantaranya :
1. Pengambilan
spesimen feses dengan pemeriksaan laboratorium
2. Pengambilan
spesimen sputum
3. Pengambilan
cairan vagina atau hapusan genitalia
1.3
Tujuan
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah keterampilan dasar kebidanan selain
itu diharapkan mahasiswa agar mampu :
1. Mengetahui
dan membantu mempraktikan pengambilan spesimen feses kepada pasien saat
pengambilan tinja untuk pemeriksaan laboratorium.
2. Mengetahui
dan membantu mempraktikan pengambilan spesimen sputum kepada pasien yang
mengalami infeksi atau peradangan saluran pernafasan untuk pemeriksaan
laboratorium.
3. Mengetahui
dan membantu mempraktikan pengambilan cairan vagina kepada pasien saat terkena
infeksi menular seksual atau infeksi leher rahim.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengambilan
Spesimen Feses atau Tinja
1.Dasar teori
Menyiapkan tinja (feses) untuk pemeriksaan
laboratorium dengan cara pengambilan tertentu. Tujuan untuk membantu
menegakkan diagnosa. Macam pemeriksaan
tinja adalah pemeriksaan lengkap yang meliputi warna, bau, konsistensi, lender,
darah dan telur cacing. Pada pasien yang tidak bisa BAB, tidak boleh dilakukan huknah/
clismah atau diberi obat-obat pencahar, tetapi harus diambil langsung dengan
jari yang memakai sarung tangan (cara touche). Untuk pemeriksaan kultur
pengambilan tinja dilakukan secara steril.
Caranya sama dengan toucher, tetapi alat-alat yang digunakan dalam keadaan
steril.(yuni kusmiati,2007)
2.Tujuan
Mengidentifikasi
adanya darah,urobilinogen,(untuk mengetahui gangguan hati) lemak, nitrogen, parasit,
protozoa dan bakteri, mucus dan lemak dalam feses.
3.Indikasi
Mengidentifikasi
adanya kondisi-kondisi patologi seperti tumor,hemoragik infeksi atau
masalah-masalah absorpsi.
4.Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Klien
dapat melakukan pengambilan secara mandiri tetapi klien perlu di ajarkan cara
pengambilan specimen dengan tekhnik aseptic.
b. Usahakan
feses yang di ambil tidak bercampur dengan urin, darah menstruasi, kertas tisu
atau air. Akan lebih baik jika klien BAK terlebih dulu sebelum pengambilan spesimen
feses. Jika feses tercampur dengan air, maka feses tersebut tidak dapat
digunakan untuk pemeriksaan adanya lemak dalam feses tetapi dapat di gunakan
untuk pemeriksaan adanya bakteri dalam feses.
c. Spesimen
feses yang sudah di ambil sebaiknya segera mungkin di bawa ke laboratorium karena
feses yang fres atau baru di keluarkan oleh klien akan menghasilkan analisa
yang jauh lebih akurat.
d. Gunakan
sarung tangan untuk mencegah kontaminasi tangan perawat dengan feses
klien.usahakan feses tidak menyentuh bagian luar penampung feses. Gunakan alat
bantu untuk memindahkan feses kedalam penampung feses. Jika sudah
selesai,bungkus terlebih dahulu alat bantu tersebut sebelum di buang ke kantong
plastik sampah khusus untuk mencegah penyebaran mikroorganisme.
e. Feses
yang diambil kurang lebih sepanjang 2,5cm atau sekitar 15-30 cc (jika dalam
bentuk cair). Jika feses terdapat lendir, darah atau pus maka sertakan pula
dalam pemeriksaan specimen.
5.Persiapan
Alat
a. Sarung
tangan
b. Wadah
sampel feses
c. Lidi
2 batang
d. Baskom
berisi air hangat
e. Waslap
f. Pispot
g. kertas
tisu
h. vaseline
i.
Kapas basuh
6.Prosedur
Kerja
1. Memberitahu
dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan
2. Menyiapkan
alat, membawa kedekat pasien
3. Memasang
sampiran
4. Mengatur
posisi pasien senyaman mungkin
5. Mencuci
tangan denghan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
6. Memakai
sarung tangan
Ø Pada Pasien yang Tidak Kuat
Berjalan
7. Memasang
pengalas dibawah bokong pasien
8. Memberikan
urinal pada pasien untuk BAK/kencing
9. Mengganti
urinal dengan pispot untuk BAB/berak
10. Mengambil
tinja sedikit dengan lidi kapas , memasukkan kedalam tempat/botol yang sudah
disediakan
11. Membantu
pasien untuk cebok
Ø Pada Pasien yang Dapat Berjalan
12. Memberitahu
pasien untuk mengambil tinja dengan lidi kapas dan memasukkan ketempat yang
telah disediakan, jangan sampai tinja tercampur dengan airnya
13. Memberi etiket yang jelas dan mengisi formulir
pengiriman, untuk segera dikirim ke laboratorium
14. Membereskan
alat
15. Mencuci
sarung tangan dengan larutan clorin 0,5%, lepas sarung tangan secara terbalik
dan merendam dalam larutan clorin selama 10 menit
16. Memncuci
tangan dengan sabun dan air mengalir, dan mengeringkan dengan handuk bersih
17. Evaluasi
18. Melakukan
dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
B.Pengambilan Spesimen
sputum
1.Dasar
teori
Proses
pengambilan sekresi sputum dan paru-paru, bronkus dan trakea yang dihasilkan
oleh klien yang sakit. Pada orang yang sehat tidak akan dihasilkan sputum
kecuali dalam jumlah yang sangat sedikit. Sebelum dilakukan pengambilan
spesimen sputum, klien akan di minta melakukan tekhnik batuk efektif terlebih
dahulu sehingga sputum yang ada di dalm paru-paru,bronkus dan trakea akan
keluar melalui mulut dan dapat di masukan ke dalam penampung khusus sputum.
Jika klien tidak mampu melakukan batuk efektif atau klien dengan penurunan
kesadaran, maka pengambilan spesimen sputum dilakukandengan menggunakan alat
suction.sputum yang dapat disimpan dalam penampung/wadah sputum. Waktu
pengumpulan sampel sputum ditentukan berdasarkan tujuan pemeriksaan .
Berdasarkan waktu pengumpulan sputum
, sampel sputum dibagi menjadi dua,
yaitu sampel sputum pagi hari atau semalam dan sampel sputum
sewaktu. Waktu pengumpulan sputum yang paling baik adalah pagi hari, dengan
volume sputum yang terkumpul sekitar 3-5 ml pada setiap wadah sampel sputum.(nurhasanah,2011)
2.Tujuan
a. Sputum
kultur : mengidentifikasi jenis mikroorganisme secara spesifik sehingga dapat
diketahui penyebab masalah kesehatan klien dan menentukan jenis terapi yang
tepat (sensitivitas)
b. Sputum
sitologi : mengidentifikasi bentuk, struktur, fungsi dan patologi sel.
Pemeriksaan ini di lakukan untuk mengidentifikasi adanya sel kanker di dalam
paru-paru serta spesifikasi sel tersebut. Spesimen untuk kepentingan sitologi
sering dilakukan secara berseri sebanyak 3 kali setiap pagi.
c. Sputum
AFB (Acid-Fast Bacillus, Bakteri Tahan
Asam/BTA): mengidentifikasi adanya penyakit TBC (Tuberculosis pam). Pemeriksaan
ini dilakukan secara berseri sebanyak 3 hari berturut-turut.
d. Menilai
efektifitas terapi yang sudah di lakukan.
3.Indikasi
Efektif dilakukan pada klien dengan
supect penyakit pernafasan, seperti bronchitis, TBC, kanker paru, dan
lain-lain.
4.Hal-hal yang perlu
diperhatikan
a. Lakukan
pengambilan specimen di pagi hari karena akumulasi secret paling banyak di pagi
hari. Lakukan sebelum melakukan aktifitas harian, termasuk makan dan minum.
b. Jika
klien menggunakan gigi palsu, maka lepaskan alat tersebut terlebih dahulu
sebelum melakukan prosedur.
c. Lakukan
perawatan mulut sebelum pengambilan sputum karena specimen dapat terkontaminasi
dengan mikroorganisme yang ada di mulut.
d.
Minta klien untuk menarik nafas panjang kemudian
melakukan batuk efektif. Keluarkan sputum sebanyak kurang lebih 2 sendok makan
atau 15-30 cc.
e.
Gunakan sarung tangan untuk menghindari
kontak langsung dengan sputum yang dihasilkan klien.
f.
Yakinkan sputum yang di keluarkan klien
maasuk ke daalam penampung sputum dan tidak menyentuh bagian luar penampung
sputum.jika bagian luar sputum terkontaminasi dengan sputum, bersihkan dengan cairan
desinfektan.
g.
Lakukan perawatan mulut kembali setelah
pengambilan sputum untuk menghilangkan
bau atau ras yang tidak enak.
h.
Pemeriksaan sputum kultur membutuhkan
waktu beberapa hari. Untuk kultur bakteri diperlukan waktu 2-3 hari untuk
tumbuh, sedangkan pertumbuhan jamur membutuhkan waktu satu minggu atau lebih.
Tes sensitivitas untuk menentukan terapi (misaknya antibiotic) yang tepat,
memerlukan waktu tambahan 1-2 hari.
5.Persiapan
alat
Botol kecil untuk wadah sampel sputum dengan syarat
:
a. Mulut
botol lebar
b. Penutup
berulir
c. Steril
d. Tidak
mudah pecah
e. Tidak
bocor
f. Sekali
pakai
6.Prosedur
kerja
1. Menganjurkan
klien untuk berkumur terlebih dahulu.
2. Menyiapkan
wadah sampel yang memenuhi syarat.
3. Meminta
klien untuk berdiri atau duduk dengan tubuh condong kedepan.
4. Meganjurkan
klien untuk menarik nafas dalam,kemudian batuk dengan segera dan sekuat mungkin
hingga sputum terasa keluar dari trakea. Bukan tenggorok.
5. Tampung
sputum yang keluar kedalam wadah yang telah di siapkan. . bersihkan mulut
wadah, kemudian tutup. Pastikan sampel yang di peroleh adalah sputum, bukan air
liur.
6. Beri
label pada wadah dan kirim dengan segera kelaboratorium beserta formulir
pemeriksaan.
C.Pengambilan cairan vagina
1.Dasar teori
Hapusan
kemaluan/genetalia dilakukan pada pasien wanita dengan tersangka terkena
infeksi menular seksual, Ca atau infeksi dari leher rahim. Pada pemeriksaan pap
smear lendir di ambil dari forniks posterior dan dilakukan pada saat pasien
tidak sedang haid (Kusmiyati,2007).
2.Tujuan
pemeriksaan
1.
Deteksi dini dan diagnosis kanker
serviks.
2.
Mengetahui perubahan perkembangan sel
kanker rahim, sampai mangarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini.
3.Kapan
pemeriksaan dilakukan
1.
Saat wanita berusia diatas 20 tahun yang
telah menikah atau sudah melakukan senggama,
dianjurkan sekali setahun secara teratur seumur hidup.
2.
Bila pemeriksaan tahunan 3 kali
berturut-turut hasilnya normal, pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap
3 tahun.
Kanker serviks atau kanker leher
rahim
1.
Kanker yang paling banyak diderita
wanita di dunia.
2.
Di Indonesia merupakan jenis kanker
terbanyak pada wanita.
3.
Angka kematian yang tinggi karena
sebagian penderita datang pada stadium lanjut.
4.
Tidak terjadi secara tiba-tiba.
5.
Prosesnya bertahap dan memerlukan waktu
yang cukup lama, tetapi progresif.
6.
Bermula dari kelainan sel yang mengalami
mutasi, lalu berkembang menjadi sel di plastik sehingga terjadi kelainan epitel
yang disebut displasia (lesi prakanker).
Deteksi Dini
Deteksi dini dilakukan dengan
pemeriksaan pap smear. Pemeriksaan ini berguna sebagai pemeriksaan penyaring
dan pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga
kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih mudah dan
murah. Bagi wanita berusia diatas 25 tahun yang telah menikah atau sudah
melakukan senggama dianjurkan untuk pap smear sekali setahun secara teratur
seumur hidup. Bila pemeriksaan tahunan 3 kali berturut-turut hasilnya normal,
pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap 3 tahun. Pada wanita dengan
resiko tinggi, pemeriksaan harus dilakukan sekali setahun atau sesuai petunjuk
dokter. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit serta bisa
dilakukan setiap saat, kecuali pada masa haid. 2 hari sebelum dilakukan
pemeriksaan pap smear jangan menggunakan obat-obatan yang dimasukkan ke dalam
liang senggama (vagina). Bila hasil pemeriksaan pap smear ditemukan adanya
sel-sel epitel serviks yang bentuknya abnormal (displasia), harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut (Widyastuti, Yani. 2009).
Pengobatan
Bila ditemukan pada stadium dini,
kesembuhan penyakit kanker serviks akan sempurna, hampir 100%. Pengobatan
stadium prakanker dapat dilakukan dengan cara seperti krioterapi, vaporisasi
laser, elektrokoagulasi diatermik, dan konisasi. Pengangkatan rahim (uterus)
total bisa dipertimbangkan bila sudah cukup anak. Setelah operasi pengangkatan
rahim total, dilanjutkan dengan radioterapi. Kemoterapi dilakukan pada stadium
lanjut yang telah bermetastasis jauh atau timbul ke kambuhan (Widyastuti, Yani.
2009).
Faktor
resiko
Dari hasil penelitian mutakhir diketahui
bahwa penyebab kanker serviks adalah sebagai berikut :
1.
Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Lebih dari 90% kasus
kondiloma serviks, semua NIS, dan kanker serviks mengandung DNA virus HPV. Dari
70 tipe HPV yang diketahui saat ini, ada 16 tipe HPV yang erat kaitannya dengan
kejadian kanker serviks. Virus ini ditularkan melalui hubungan seksual. Wanita
yang beresiko terkena penyakit akibat hubungan seksual juga beresiko terinfeksi
virus ini sehingga mempunya resiko terkena kanker serviks.
2.
Perilaku seksual
Berdasarkan penelitian,
resiko kanker serviks meningkat lebih dari 10 kali bila berhubungan dengan 6
atau lebih mitraseks, atau bila berhubungan seks pertama dibawah 15 tahun.
Resiko juga meningkat biloa berhubungan seks dengan laki-laki beresiko tinggi
(laki-laki yang berhubungan seks dengan banyak wanita), atau laki-laki yang
mengidap penyakit jengger ayam (kondiloma akuminatum) di zakarnya (penis).
3.
Rokok sigaret
Wanita perokok
mempunyai resiko 2 kali lipat terhadap kanker serviks dibandingkan dengan
wanita bukan terkandung nikotin dan zat lainnya yang terdapat di dalam rokok.
Zat-zat tersebut menurunkan daya tahan serviks dan menyebabkan kerusakan DNA
epitel serviks sehingga timbul kanker serviks, disamping merupakan kokarsinogen
infeksi virus.
4.
Trauma kronis pada serviks
Trauma ini terjadi
karena persalinan yang berulang kali (banyak anak), adanya infeksi, dan iritasi
menahun.
5.
Kontrasepsi oral dapat meningkatkan
resiko
1,5 sampai 2,5 kali
bila diminum dalam jangka panjang, yaitu lebih dari 4 tahun.
6.
Defisiensi zat gizi
Beberapa penelitian
menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan resiko terjadinya
NIS 1 dan NIS 2, serta mungkin juga meningkatkan resiko terkena kanker serviks
pada wanita yang rendah konsumsi beta karoten dan vitamin (A, C, dan E).
4.Persiapan Alat
a. Kapas lidi steril atau oase
b.Objek gelas
c.Bengkok
d.Sarung tangan
e. Larutan clorin 0,5%
f.Spekulum
g.Kain kassa, kapas sublimat
h.Perlak
i.handuk
5.Prosedur kerja
1.
Memberi tahu dan menjelaskan pada pasien
tindakan yang akan dilakukan
2.
Menyiapkan alat dan bahan
·
Kapas lidi steril atau oase
·
Objek gelas
·
Bengkok
·
Sarung tangan
·
Larutan clorin 0,5%
·
Spekulum
·
Kain kassa, kapas sublimat
·
Perlak
·
handuk
3.
Memasang sampiran
4.
Menganjurkan pasien untuk membuka pakaian
bawah (tetap jaga privacy pasien)
5.
Memasang perlak di bawah bokong pasien
6.
Mengatur posisi pasien dengan kaki di
tekuk dorsal recumbent
7.
Mencuci tangan dengan tehnik tujuh
langkah dengan sabun dan air mengalir,lalu mengeringkannya dengan handuk bersih
8.
Memakai sarung tangan steril
9.
Buka labia mayora dengan ibu jari dan
jari telunjuk tangan yang tidak dominan
10.
Mengambil sekret vagina dengan kapas
lidi tangan yang dominan sesuai kebutuhan
11.
Menghapus secret vagina pada objek glass
yang di sediakan
12.
Membuang kapas lidi dalam bengkok
13.
Memasukan objek gelas kedalam piring
petri atau kedalam tabung kimia dan tutup
14.
Memberi label dan mengisi formulir
pengiriman spesimen untuk dikirim ke laboratorium
15.
Setelah selesai,membereskan alat
16.
Mencuci sarung tangan dalam larutan
clorin 0,5%,lepas sarung tangan secara terbalik dan merendam dalam larutan
clorin selama 10 menit
17.
Mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir,mengeringkan dengan handuk bersih
18.
Evaluasi
19.
Melakukan dokumentasi tindakan yang
telah di lakukan
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
tinjauan hasil teori-teori tentang pengambilan spesimen feses/tinja,sputum,cairan vagina
telah diketahui dengan adanya tinjauan pemeriksaan laboratorium merupakan suatu
tindakan dan prosedur untuk pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel
dari penderita berupa feses,sputum(dahak),dan cairan vagina.
Adapun
tujuan dari pemeriksaan laboratorium yaitu:
·
Mendeteksi penyakit-penyakit
·
Menentukan resiko
·
Scanning/uji saring adanya penyakit sub
klinis
·
Konfirmasi pasti diagnosis
·
Menentukan kemungkinan diagnostic yang
dapat menyamarkan gejala klinis
·
Membantu pemantauan pengobatan
·
Memantau perkembangan penyakit
·
Mengetahui ada tidaknya penyakit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar