untuk UAS kali ini sangat-sangat bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang maksimal.karena semakin kita naik smester semakin rumit dan runyam pelajara-pelajaran yang kita harus kuasai..
tetapi meski demikian kita harus tetap semangat untuk menjalani UAS ini.karna ini merupakan bagian terkecil dari masa depan kita.
Senin, 07 Juli 2014
Selasa, 24 Juni 2014
HIV AIDS
Setiap
tanggal 1 Desember kita memperingati Hari Aids Sedunia. Pada hari itu kita
seolah diingatkan kembali pada bahaya penyakit
hiv aids. Penyakit ini telah menimbulkan banyak korban di seluruh dunia.
Begitupun penularan hiv aids
cenderung makin cepat dan meningkat dari waktu ke waktu, termasuk di Indonesia.
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit ini membuat
penyebaran hiv aids di Indonesia
meluas dan tidak bisa dihentikan.
Pengertian penyakit HIV/AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) atau syndrome penurunan
kekebalan tubuh yang di dapat, adalah infeksi yang disebabkan oleh virus yang
disebut HIV (Human Immunodeficiency
Virus). Penyakit HIV/AIDS
merujuk pada keadaan seseorang yang tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh
sehingga berbagai macam penyakit dapat menyerang dan sangat sulit untuk
disembuhkan. Hampir semua penderita AIDS berakhir dengan kematian, karena
hingga saat ini penyakit AIDS belum ada obatnya.
Penderita
penyakit AIDS di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Keadaan ini
tentu sangat memprihatinkan. Pada awal tahun 2004 ada enam propinsi yang
diprioritaskan berhubung tingginya jumlah kasus HIV/AIDS, yaitu Jakarta, Papua,
Bali, Jawa Timur, Jawa Barat dan Riau. Kemudian pada akhir 2004 bertambah enam
propinsi lagi yaitu Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Jawa
Tengah, Yogyakarta dan Banten.
Penyakit
AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. Namun tidak semua orang yang
terinfeksi HIV akan mengalami gejala AIDS. AIDS dapat ditularkan lewat hubungan
seksual, persalinan dan menyusui, dan kontak darah dengan penderita.
Gejala infeksi HIV/AIDS
Gejala infeksi tahap awal
Sebagian
besar orang yang terkena infeksi HIV tidak menyadari adanya gejala infeksi HIV tahap awal.
Karena, tidak ada gejala mencolok yang tampak segera setelah terjadi infeksi
awal, bahkan mungkin sampai bertahun-tahun kemudian. Meskipun infeksi HIV
tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV akan membawa virus
HIV dalam darahnya. Orang yang terinfeksi tersebut akan sangat mudah menularkan
virus HIV kepada orang lain, terlepas dari apakah penderita tersebut kemudian
terkena AIDS atau tidak . Untuk menentukan apakah virus HIV ada di dalam tubuh
seseorang adalah dengan tes HIV.
Gejala infeksi tahap menengah
Gejala infeksi HIV pada tahap menengah sudah
lebih jelas, misalnya flu yang berulang-ulang : lesu, demam, berkeringat,
otot sakit, pembesaran kelenjar limfe, batuk.
Gejala
infeksi HIV lainnya yaitu infeksi mulut dan kulit yang berulang-ulang, seperti
sariawan, atau gejala-gejala dari infeksi umum lain yang selalu kambuh karena
penurunan kekebalan tubuh.
Gejala infeksi tahap akhir
Gejala
infeksi HIV tahap akhir disebut juga gejala AIDS,
yaitu berat badan menurun dengan cepat, diare kronis, batuk, sesak nafas
(infeksi paru-paru, tuberculosis yang telah meluas), bintik-bintik atau bisul
berwarna merah muda atau ungu (kanker kulit yang disebut sarcoma kaposi),
pusing-pusing, bingung, infeksi otak.
Penyebab penyakit HIV/AIDS
Penyebab penyakit HIV/AIDS
adalah infeksi oleh virus HIV, yang menyerang system kekebalan tubuh sehingga
sel-sel pertahanan tubuh makin lama makin banyak yang rusak. Penderita infeksi
HIV menjadi sangat rentan terhadap semua bentuk infeksi. Pada tahap akhir,
penderita tidak bisa tahan terhadap kuman-kuman yang secara normal bisa
dilawannya dengan mudah.
Infeksi
HIV ditularkan melalui hubungan badan baik vagina, anus, dan kontak dengan
darah penderita HIV, seperti lewat jarum suntik, bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang terinfeksi HIV, menerima transfusi darah yang terinfeksi, serta
transplantasi organ tubuh.
Apabila
anda merasa telah terkena infeksi HIV segeralah periksa ke dokter. Hindari
tempat-tempat yang banyak serangan penyakit. Tidak melakukan hubungan badan dan
mencegah kehamilan, serta jangan menjadi donor darah , sperma, ataupun organ
tubuh.
Sebagai
tambahan : infeksi HIV/AIDS tidak bisa ditularkan lewat kontak sosial biasa
seperti berjabat tangan dan berpelukan. Makanan atau alat-alat makan. Toilet
dan kolam renang. Gigitan nyamuk atau serangga lain serta donor darah yang
bebas virus HIV.
Cara pencegahan penyakit HIV/AIDS
Mencegah penyakit HIV/AIDS relatif lebih mudah
dibandingkan dengan mengobatinya. Mencegah penyakit HIV/AIDS akan semakin
penting artinya berhubung penyakit ini belum ditemukan obatnya. Berikut ini
beberapa cara pencegahan penyakit HIV/AIDS
:
- Setialah dengan suami atau istri anda. Lakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan hidup anda (safe sex).
- Menghindari seks bebas (free sex). Jangan melakukan hubungan badan dengan pekerja seksual (PSK) atau berganti-ganti pasangan.
- Gunakan kondom secara benar dalam berhubungan seksual, kecuali untuk pasangan-pasangan yang menginginkan bayi. Kondom bisa menurunkan resiko infeksi tetapi tidak dapat mencegahnya secara total. Kondom yang terbuat dari selaput (membrane) binatang terlalu tipis untuk dapat melindungi.
- Hindari penyalah-gunaan obat terlarang, narkoba dan penggunaan jarum suntik bersama-sama.
- Bila ingin akupunctur, tattoo, atau tindik telinga pastikan bahwa alat-alat yang dipakai telah disterilkan.
- Bila perlu operasi, sebaiknya minta transfuse darah autologous, yaitu donor darah untuk nantinya dipakai sendiri
Kewaspadaan umum untuk mencegah infeksi HIV/AIDS
Prinsip
kewaspadaan dalam menghindari penyakit AIDS mutlak diperlukan bagi mereka yang
rentan terhadap penularan infeksi HIV. Prinsip ini dikenal sebagai prinsip kewaspadaan umum(general precaution), yakni
pedoman tentang cara pengendalian infeksi untuk melindungi para pekerja medis,
pasien, maupun orang lain sehingga mereka terhindar dari berbagai penyakit yang
disebarkan melalui darah dan cairan tubuh tertentu.
Kewaspadaan
umum dalam mencegah infeksi hiv aids meliputi :
- Cara menangani dan membuang benda-benda tajam yang dapat menimbulkan luka, sayatan atau tusukan. Termasuk dalam hal ini adalah jarum, jarum hipodermik, pisau bedah, gunting, perangkat infus, gergaji, pecahan kaca, dan lain-lain.
- Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum maupun sesudah melakukan semua prosedur operasi.
- Memakai alat pelindung seperti sarung tangan, jubah, masker, dan kacamata pelindung bila terpaksa harus bersentuhan langsung dengan darah dan cairan tubuh lainnya.
- Melakukan pembersihan atau desinfeksi peralatan kerja dan lain-lain yang terkontaminasi.
- Penanganan tempat tidur, seprei kotor, lantai yang terkena noda secara tepat.
Sekalipun
prinsip kewaspadaan umum untuk mencegah
hiv aids ini terutama ditujukan kepada para pekerja medis, tak ada
salahnya bila kita semua berhati-hati dan waspada untuk mencegah terjadinya
luka yang disebabkan oleh jarum, pisau, gunting dan peralatan tajam lainnya.
Apalagi bila kita hidup berdampingan dengan orang yang terkena infeksi HIV.
Akhirnya,
menerapkan gaya hidup sehat dan setia pada pasangan suami atau istri anda
mungkin adalah cara paling sederhana yang bermanfaat agar terhindar dari
penyakit HIV/AIDS yang mematikan ini.
Penularan
hiv aids
Seperti kita ketahui,penularan hiv
aids bisa bersifat seksual maupun non-seksual. Bersifat seksual artinya
penularan tersebut melalui hubungan intim dimana salah satu pihak sudah terkena
virus hiv terlebih dahulu. Dan bersifat non-seksual jika penularan itu terjadi
selain lewat hubungan intim, seperti transfusi darah, pemakaian jarum suntik
bersama, ataupun pada saat persalinan dari ibu yang terkena virus hiv kepada
bayinya.
Dari sekian banyaknya kasus hiv
aids di Indonesia, maka 95 % diantaranya disebabkan oleh hubungan seksual. Dari
jumlah tersebut 65 % merupakan hubungan heteroseksual dan 30 % homoseksual.
Yang mengagetkan adalah baru-baru ini terungkap fakta bahwa penularan hiv
aids dikalangan ibu rumah tangga lebih tinggi dari pada penularan yang terjadi
pada pekerja seks komersial (PSK), seperti dilaporkan oleh beberapa Komisi
Penanggulangan Aids (KPA) di daerah Bangka Belitung dan Yogyakarta.
Hiv Aids di Indonesia
Kasus hiv aids di negara kita
pertama kali muncul pada 1987, di Bali. Saat itu seorang wisatawan asal Belanda
meninggal di RS Sanglah, Denpasar, karena terkena penyakit hiv aids. Setelah
itu bermunculan beberapa kasus hiv aids yang lain.
Untuk menangani berbagai kasus hiv
aids di Indonesia dibentuklah Komisi Penanggulangan Aids dengan dibantu oleh
Badan Koordinasi keluarga Berencana nasional (BKKBN). Setidaknya dewasa ini ada
delapan provinsi yang menjadi prioritas penanggulangan hiv aids yaitu : Papua,
Papua Barat, Sumatera Utara, Jawa Timur, Jakarta, Kepulauan Riau, Jawa Barat,
dan Jawa Tengah.
Meski telah banyak upaya dilakukan
untuk mencegah hiv aids, namun sejumlah kasus hiv aids di Indonesia
menunjukkan, betapa banyak penularan hiv aids terjadi karena kurangnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat pada penyakit ini. Kenyataan tersebut
ibarat menggugat kita pada pertanyaan yakni apakah semua upaya yang telah
dilakukan untuk mencegah penyebaran hiv aids itu berdampak efektif di
masyarakat ? Ataukah kita salah prediksi dengan menganggap seolah masyarakat
sudah mengerti dan menyadari betul tentang bahaya hiv aids, padahal faktanya
tidak demikian ?
Pemerintah dalam hal ini KPA dan
BKKBN serta berbagai elemen masyarakat memang tak pernah berhenti memberikan
informasi seputar hiv aids. Begitupun berbagai sarana dipakai untuk membantu
masyarakat memahami tentang apa dan bagaimana penyebab, gejala, pencegahan, dan
cara penularan hiv aids. Dari
sarana yang paling sederhana seperti temu wicara masyarakat dengan petugas
penyuluhan hiv aids di pelosok desa, sampai yang melibatkan perangkat hi-tech
dan multimedia terkini.
Nyatanya potret penularan hiv aids
dan penyebarannya di Indonesia mencuatkan hal yang paradoksal. Disatu sisi tak
bisa dipungkiri bahwa, pemerintah dan berbagai elemen masyarakat telah banyak
melakukan upaya dalam pencegahan hiv aids di Indonesia. Namun pada sisi lain
korban terus berjatuhan, dan jumlah penderita hiv aids menunjukkan grafik yang
meningkat dari tahun ke tahun. Selain paradoksal kenyataan itu juga menggelitik
untuk segera dicari jawabannya.
Jika demikian halnya, adalah wajar
bila kita bertanya apakah semua upaya yang dilakukan itu berdampak efektif
dalam mencegah penularan hiv aids dan penyebarannya di masyarakat ? Jika ada
yang kurang dalam upaya tersebut, lalu apa yang mesti ditambahkan ? Jika ada
yang salah, lalu apa yang harus dikoreksi ? Semua itu adalah agar korban tidak
terus berjatuhan dan jumlah penderita hiv aids tidak lagi bertambah
Cara baru dalam penanganan hiv aids
Mencegah penularan dan penyebaran
hiv aids di Indonesia, memang bukan pekerjaan mudah. Penularan dan penyebaran penyakit
hiv aids merupakan masalah sosial yang dipengaruhi banyak faktor. Misalnya
budaya, sikap mental, pengetahuan, kesadaran masyarakat, pendekatan, teknik dan
cara penyuluhan hiv aids itu sendiri, isi pesan yang disampaikan dan lain-lain.
Seharusnya dengan semakin banyak
upaya atau program dilakukan untuk mencegah hiv aids, maka korban dan penderita
hiv aids akan turun. Namun faktanya tidak demikian. Kecenderungannya penderita
aids terus meningkat dari waktu ke waktu.
Jika demikian, mungkinkah kita
memerlukan cara penanganan hiv aids yang baru, yang berbeda dari sebelumnya ?
Yaitu agar penularan dan penyebaran hiv aids di Indonesia bisa segera
diatasi bersama.
Salah satu yang sering
dikesampingkan dalam penanganan hiv aids adalah pendekatan moral dan agama.
Pendekatan moral dan agama sudah dianggap “tidak penting” lagi. Buktinya adalah
adanya wacana pembagian kondom gratis untuk mencegah penularan hiv aids di
kalangan masyarakat yang rentan terhadap bahaya hiv aids.
Wacana itu pun menuai banyak
kritikan karena dianggap memberi peluang bagi seks bebas yang dilarang agama.
Wacana itu lalu dihentikan, tapi hal itu terlanjur membuktikan bahwa
nilai-nilai moral dan keagamaan telah dinomorduakan dalam upaya pencegahan hiv aids.
Mungkin sudah saatnya upaya
pencegahan penularan hiv aids di Indonesia ini lebih merangkul dan mengakomodir
nilai-nilai moral dan keagamaan didalamnya.
PENGERTIAN
NARKOBA
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Narkoba, Wikipedia bahasa Indonesia, 2010)
Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah di luar batas dosis.
JENIS-JENIS NARKOBA
Dalam Wikipedia bahasa Indonesia dan buku BNN, jenis-jenis narkoba diantaranya adalah:
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Narkoba, Wikipedia bahasa Indonesia, 2010)
Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah di luar batas dosis.
JENIS-JENIS NARKOBA
Dalam Wikipedia bahasa Indonesia dan buku BNN, jenis-jenis narkoba diantaranya adalah:
a. OPIAT (PUTAUW)
Nama lainnya adalah Pe-te ,zat ini ada lah turunan ke lima - ke enam dari Heroin yang dibuat dari bungan yang namanya Opium. Ada dua jenis yaitu jenis Banana dan jenis Snow White yang berbentuk seperti Bedak.
- Ciri pengguna putaw:
Pada tahap awal biasanya pengguna akan terlihat tidak bersemangat ,mata sayu, pucat ,tidak dapat berkonsentrasi ,hidung sering terasa gatal , mual dan selalu terlihat mengantuk.! Kurus karena nafsu makan berkurang ,emosi sangat labil , sehingga sering marah dan sering pusing atau sakit kepala.
-Sakauw
Adalah terhentinya suplai PUTAUW sehingga akan menimbul
kan gejala mual-mual , mata dan hidung berair ,tulang dan sendi-sendi terasa ngilu , badan berkeringat tidak wajar dan pemakai terlihat menggigil seperti kedinginan.
b. AMFETAMIN (SHABU – SHABU)
Ini adalah nama GAUL dari Methamphetamine ,berbentuk kristal seperti gula pasir atau seperti VETSIN (bumbu penyedapmakanan). Ada beberapa jenis antara lain : Chystal ,Coconut ,Gold River.
- Ciri pengguna shabu-shabu :
Setelah menggunakannya ,pemakai akan terlihat bersemangat , tapi juga cenderung Paranoid (suka curiga) ,terkesan tidak bisa diam, tidak bisa tidur karena cenderung untuk terus beraktivitas ,tapi tetap akan sulit berfikir dengan baik.
c. BENZODIAZEPIN (ECSTASY)
Yang satu ini adalah zat Psikotropika ,jenis yang populer beredar dimasyarakat adalah : Alladin , Apel , Electric , Butter fly dengan nama Gaul yang bermacam - macam.
- Ciri pengguna ectasy:
Setelah memakai pengguna akan menjadi energik tapi mata sayu dan pucat, berkeringat dan tidak bisa diam ,dan susah tidur. Efek Negatif yang dapat timbul adalah kerusakan saraf otak dehidrasi (kurang cairan) ,gangguan lever ,tulang dan gigi keropos , kerusakan saraf mata dan tidak nafsu makan.
d. CANNABIS/GANJA
Cannabis atau yang dikenal juga dengan nama Tetrahidrocana hidrol ,adalah jenis tanaman yang dikeringkan dengan efek dapat membuat pemakainya menjadi TELER atau FLY.
- Ciri pengguna cannabis
Biasanya setelah menggunakan mata akan terlihat sembah atau kantung mata terlihat bengkak ,merah dan berair , terlihat sering bengong ,pendengaran seperti berkurang , sulit berpikir ,perasaan gembira dan selalu tertawa ,tapi juga dapat cepat menjadi marah dan tidak bergairah.
EFEK YANG DITIMBULKAN DARI PENGGUNAAN NARKOBA
a. Gejala-Gejala Pemakaian Narkoba Yang Berlebihan
1. Opiat (heroin, morfin, ganja)
- perasaan senang dan bahagia
- acuh tak acuh (apati)
- malas bergerak
- mengantuk
- rasa mual
- bicara cadel
- pupil mata mengecil (melebar jika overdosis)
- gangguan perhatian/daya ingat
2. Ganja
- rasa senang dan bahagia
- santai dan lemah
- acuh tak acuh
- mata merah
- nafsu makan meningkat
- mulut kering
- pengendalian diri kurang
- sering menguap/ngantuk
- kurang konsentrasi
- depresi
3. Amfetamin (shabu, ekstasi)
- kewaspadaan meningkat
- bergairah
- rasa senang, bahagia
- pupil mata melebar
- denyut nadi dan tekanan darah meningkat
- sukar tidur/ insomnia
- hilang nafsu makan
4. Kokain
- denyut jantung cepat
- agitasi psikomotor/gelisah
- euforia/rasa gembira berlebihan
- rasa harga diri meningkat
- banyak bicara
- kewaspadaan meningkat
- kejang
- pupil (manik mata) melebar
- tekanan darah meningkat
- berkeringat/rasa dingin
- mual/muntah
- mudah berkelahi
- psikosis
- perdarahan darah otak
- penyumbatan pembuluh darah
- nystagmus horisontal/mata bergerak tak terkendali
- distonia (kekakuan otot leher)
5. Alkohol
- bicara cadel
- jalan sempoyongan
- wajah kemerahan
- nafas bau alkohol
6. Benzodiazepin (pil nipam, BK, mogadon)
- bicara cadel
- jalan sempoyongan
- wajah kemerahan
- banyak bicara
- mudah marah
- gangguan pemusatan perhatian
Tanda-Tanda Kemungkinan Penyalahgunaan Narkotika dan Zat adiktif
1. Fisik
- berat badan turun drastis
- mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman
- tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas gigitan nyamuk dan
ada tanda bekas luka sayatan. Goresan dan perubahan warna kulit di tempat
bekas suntikan
- buang air besar dan kecil kurang lancar
- sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas
2. Emosi
- sangat sensitif dan cepat bosan
- bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap membangkang
- emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar
terhadap anggota keluarga atau orang di sekitarnya
- nafsu makan tidak menentu
3. Perilaku
- malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya
- menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga
- sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit
dan pulang lewat tengah malam
- suka mencuri uang di rumah, sekolah ataupun tempat pekerjaan dan menggadaikan barang-barang berharga di rumah. Begitupun dengan barang-barang berharga miliknya, banyak yang hilang
- selalu kehabisan uang
- waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang, ruang yang gelap, kamar mandi, atau tempat-tempat sepi lainnya
- takut akan air. Jika terkena akan terasa sakit – karena itu mereka jadi malas mandi
- sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala
“putus zat”
- sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila ada maunya, seperti saat membutuhkan uang untuk beli obat
- sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan
- mengalami jantung berdebar-debar
- sering menguap
- mengeluarkan air mata berlebihan
- mengeluarkan keringat berlebihan
- sering mengalami mimpi buruk
- mengalami nyeri kepala
- mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi
ALTERNATIF PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA di KALANGAN PELAJAR
Pencegahan penggunaan narkoba di kalangan pelajar dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer ditujukan kepada:
a. Remaja/pelajar yang belum menyalahgunakan narkoba
b. Semua sektor masyarakat yang berpotensi membantu para remaja/pelajar mencegah penyalahgunaan narkoba, misalnya: organisasi pemuda, orang tua, tokoh masyarakat, para guru, jajaran pemerintah setempat dan masyarakat.
c. Pelaksanaan pencegahan dalam bentuk:
1. Penyuluhan yaitu berupa tatap muka (ceramah, diskusi, seminar); melalui media (surat kabar, leaflet, brosur, buletin), penyuluhan moral keagamaan, penyaluran kegiatn (olah raga, kesenian, kerajinan, keagamaan).
Pencegahan yang lain adalah:
1.
Prinsip hidup sehat
2.
Memperkuat keimanan
3.
Memilih lingkungan pergaulan yang sehat
4.
Komunikasi yang baik
5.
Hindari pintu masuk narkoba yaitu
rokok
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada para remaja yang sudah coba-coba menggunakan narkoba baik di sekolah maupun luar sekolah serta sektor-sektor masyarakat yang dapat membantu remaja untuk berhenti menyalahgunakan narkoba (organisasi pemuda, orang tua, tokoh masyarakat, para guru, jajaran pemerintah setempat dan masyarakat).
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada para remaja yang sudah coba-coba menggunakan narkoba baik di sekolah maupun luar sekolah serta sektor-sektor masyarakat yang dapat membantu remaja untuk berhenti menyalahgunakan narkoba (organisasi pemuda, orang tua, tokoh masyarakat, para guru, jajaran pemerintah setempat dan masyarakat).
Pelaksanaan dalam pencegahan adalah:
1. Pengobatan adiksi (detoks)
Pertolongan pertama penderita dimandikan dengan air hangat, minum banyak, makan makanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan dialihkan perhatiannya dari narkoba. Bila tidak berhasil perlu pertolongan dokter. Pengguna harus diyakinkan bahwa gejala-gejala sakaw mencapai puncak dalam 3-5 hari dan setelah 10 hari akan hilang.
Pertolongan berikutnya adalah detoksifikasi. Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif lain) dari tubuh dengan cara menghentikan total pemakaian semua zat adiktif yang dipakai atau dengan penurunan dosis obat pengganti.
Detoksifikasi bisa dilakukan dengan berobat jalan atau dirawat di rumah sakit. Biasanya proses detoksifikasi dilakukan terus menerus selama satu sampai tiga minggu, hingga hasil tes urin menjadi negatif dari zat adiktif
2. Pengobatan infeksi
3. Rehabilitasi
4. Pelatihan mandiri
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier ditujukan pada para remaja/pelajar bekas korban penyalahgunaan narkoba untuk mencegah jangan sampai mereka kambuh/relaps dan terjerumus kembali ke dalam penyalahgunaan narkoba.
Pelaksanaan pencegahan dalam bentuk bimbingan social dan konseling terhadap yang bersangkutan dan keluarganya, penciptaan lingkungan social dan pengawasan social yang menguntungkan eks korban, pengembangan bakat, minat dan ketrampilan bekerja.
Dewasa ini, kejadian pergaulan bebas yang terjadi di kalangan remaja banyak
berasal dari eksploitasi seksual pada media yang ada di sekeliling kita. Eksploitasi
seksual dalam video klip, majalah, televisi, dan film-film ternyata mendorong para remaja untuk
melakukan aktivitas seks secara sembarangan di usia muda. Dengan memilih
tampilan atau tayangan seks di media, para remaja itu beranggapan bahwa seks
adalah sesuatu yang bebas dilakukan oleh siapa, dan dimana saja.
Bahkan tidak sedikit para remaja yang terjerumus pergaulan bebas lain misalnya
narkoba, rokok, dan minum minuman keras. Dapat diperkirakan setiap harinya
lebih dari 2 juta remaja di negara kita telah mempergunakan rokok maupun
narkoba. Oleh karena itu, kami, memilih tema pergaulan bebas remaja untuk
dikaji lebih lanjut sebagai informasi bagi kaum remaja.
Masalah ini kami buat berdasarkan sumber-sumber yang jelas dan akurat
dengan harapan supaya remaja dapat mengatasi libidonya sehingga para remaja
dapat terhindar dari akibat-akibat negatif dari pergaulan seperti pergaulan
bebas. Dan menghimbau kepada para remaja untuk tidak salah langkah dalam
mengambil keputusan oleh karena perubahan pola pikir yang terjadi pada dirinya.
Pengertian Pergaulan Bebas
Kita tentu tahu bahwa pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku
menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma
yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan
maupun dari media massa. Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan
tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Masalah keluarga,
kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul bebas
membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam kemajuan
bangsa.
Sedangkan remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para
ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 16 tahun sampai dengan 24
tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak,
namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang
mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan
melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang
dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak
menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya.
Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda
dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak
remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran,
anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak
hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan
kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan
pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus
berlangsung selamanya.
Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit
Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit
(2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran
dan kejahatan seperti mengendarai sepera motor tanpa SIM, mengambil barang
orang tua tanpa ijin
(3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan
narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll.
Sedangkan menurut Sudarsono (1995:13) yang termasuk kenakalan siswa atau remaja meliputi:
a) perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur;
b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar;
c) mengganggu teman;
d) memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan tidak hormat pada orang tua dan saudara;
e) menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu merokok;
f) menonton pornografi; dan
g) corat-coret tembok sekolah
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Pengambilan
spesimen feses, sputum dan cairan vagina ini untuk pemeriksaan laboratorium
kepada pasien atau klien yang dibantu
atau ditangani oleh tenaga medis dengan pengambilan cara tertentu. Sehingga
dimana pengambilan spesimen feses ini dilakukan dengan cara pemeriksaan kultur yaitu pengambilan
tinja dilakukan dengan alat-alat secara steril, sedangkan pengambilan spesimen
sputum itu sendiri yaitu bahan yang dikeluarkan dari paru-paru, bronchus dan
trachea melalui mulut. Dan pengambilan cairan vagina atau hapusan genitalia ini
dilakukan kepada pasien wanita yang terkena infeksi menular seksual atau
infeksi dari leher rahim, dimana pemeriksaan pap smear lendir diambil dari
forniks posterior dan dilakukan kepada pasien tidak sedang haid.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah yang akan dibahas pada makalah ini, diantaranya :
1. Pengambilan
spesimen feses dengan pemeriksaan laboratorium
2. Pengambilan
spesimen sputum
3. Pengambilan
cairan vagina atau hapusan genitalia
1.3
Tujuan
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah keterampilan dasar kebidanan selain
itu diharapkan mahasiswa agar mampu :
1. Mengetahui
dan membantu mempraktikan pengambilan spesimen feses kepada pasien saat
pengambilan tinja untuk pemeriksaan laboratorium.
2. Mengetahui
dan membantu mempraktikan pengambilan spesimen sputum kepada pasien yang
mengalami infeksi atau peradangan saluran pernafasan untuk pemeriksaan
laboratorium.
3. Mengetahui
dan membantu mempraktikan pengambilan cairan vagina kepada pasien saat terkena
infeksi menular seksual atau infeksi leher rahim.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengambilan
Spesimen Feses atau Tinja
1.Dasar teori
Menyiapkan tinja (feses) untuk pemeriksaan
laboratorium dengan cara pengambilan tertentu. Tujuan untuk membantu
menegakkan diagnosa. Macam pemeriksaan
tinja adalah pemeriksaan lengkap yang meliputi warna, bau, konsistensi, lender,
darah dan telur cacing. Pada pasien yang tidak bisa BAB, tidak boleh dilakukan huknah/
clismah atau diberi obat-obat pencahar, tetapi harus diambil langsung dengan
jari yang memakai sarung tangan (cara touche). Untuk pemeriksaan kultur
pengambilan tinja dilakukan secara steril.
Caranya sama dengan toucher, tetapi alat-alat yang digunakan dalam keadaan
steril.(yuni kusmiati,2007)
2.Tujuan
Mengidentifikasi
adanya darah,urobilinogen,(untuk mengetahui gangguan hati) lemak, nitrogen, parasit,
protozoa dan bakteri, mucus dan lemak dalam feses.
3.Indikasi
Mengidentifikasi
adanya kondisi-kondisi patologi seperti tumor,hemoragik infeksi atau
masalah-masalah absorpsi.
4.Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Klien
dapat melakukan pengambilan secara mandiri tetapi klien perlu di ajarkan cara
pengambilan specimen dengan tekhnik aseptic.
b. Usahakan
feses yang di ambil tidak bercampur dengan urin, darah menstruasi, kertas tisu
atau air. Akan lebih baik jika klien BAK terlebih dulu sebelum pengambilan spesimen
feses. Jika feses tercampur dengan air, maka feses tersebut tidak dapat
digunakan untuk pemeriksaan adanya lemak dalam feses tetapi dapat di gunakan
untuk pemeriksaan adanya bakteri dalam feses.
c. Spesimen
feses yang sudah di ambil sebaiknya segera mungkin di bawa ke laboratorium karena
feses yang fres atau baru di keluarkan oleh klien akan menghasilkan analisa
yang jauh lebih akurat.
d. Gunakan
sarung tangan untuk mencegah kontaminasi tangan perawat dengan feses
klien.usahakan feses tidak menyentuh bagian luar penampung feses. Gunakan alat
bantu untuk memindahkan feses kedalam penampung feses. Jika sudah
selesai,bungkus terlebih dahulu alat bantu tersebut sebelum di buang ke kantong
plastik sampah khusus untuk mencegah penyebaran mikroorganisme.
e. Feses
yang diambil kurang lebih sepanjang 2,5cm atau sekitar 15-30 cc (jika dalam
bentuk cair). Jika feses terdapat lendir, darah atau pus maka sertakan pula
dalam pemeriksaan specimen.
5.Persiapan
Alat
a. Sarung
tangan
b. Wadah
sampel feses
c. Lidi
2 batang
d. Baskom
berisi air hangat
e. Waslap
f. Pispot
g. kertas
tisu
h. vaseline
i.
Kapas basuh
6.Prosedur
Kerja
1. Memberitahu
dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan
2. Menyiapkan
alat, membawa kedekat pasien
3. Memasang
sampiran
4. Mengatur
posisi pasien senyaman mungkin
5. Mencuci
tangan denghan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
6. Memakai
sarung tangan
Ø Pada Pasien yang Tidak Kuat
Berjalan
7. Memasang
pengalas dibawah bokong pasien
8. Memberikan
urinal pada pasien untuk BAK/kencing
9. Mengganti
urinal dengan pispot untuk BAB/berak
10. Mengambil
tinja sedikit dengan lidi kapas , memasukkan kedalam tempat/botol yang sudah
disediakan
11. Membantu
pasien untuk cebok
Ø Pada Pasien yang Dapat Berjalan
12. Memberitahu
pasien untuk mengambil tinja dengan lidi kapas dan memasukkan ketempat yang
telah disediakan, jangan sampai tinja tercampur dengan airnya
13. Memberi etiket yang jelas dan mengisi formulir
pengiriman, untuk segera dikirim ke laboratorium
14. Membereskan
alat
15. Mencuci
sarung tangan dengan larutan clorin 0,5%, lepas sarung tangan secara terbalik
dan merendam dalam larutan clorin selama 10 menit
16. Memncuci
tangan dengan sabun dan air mengalir, dan mengeringkan dengan handuk bersih
17. Evaluasi
18. Melakukan
dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
B.Pengambilan Spesimen
sputum
1.Dasar
teori
Proses
pengambilan sekresi sputum dan paru-paru, bronkus dan trakea yang dihasilkan
oleh klien yang sakit. Pada orang yang sehat tidak akan dihasilkan sputum
kecuali dalam jumlah yang sangat sedikit. Sebelum dilakukan pengambilan
spesimen sputum, klien akan di minta melakukan tekhnik batuk efektif terlebih
dahulu sehingga sputum yang ada di dalm paru-paru,bronkus dan trakea akan
keluar melalui mulut dan dapat di masukan ke dalam penampung khusus sputum.
Jika klien tidak mampu melakukan batuk efektif atau klien dengan penurunan
kesadaran, maka pengambilan spesimen sputum dilakukandengan menggunakan alat
suction.sputum yang dapat disimpan dalam penampung/wadah sputum. Waktu
pengumpulan sampel sputum ditentukan berdasarkan tujuan pemeriksaan .
Berdasarkan waktu pengumpulan sputum
, sampel sputum dibagi menjadi dua,
yaitu sampel sputum pagi hari atau semalam dan sampel sputum
sewaktu. Waktu pengumpulan sputum yang paling baik adalah pagi hari, dengan
volume sputum yang terkumpul sekitar 3-5 ml pada setiap wadah sampel sputum.(nurhasanah,2011)
2.Tujuan
a. Sputum
kultur : mengidentifikasi jenis mikroorganisme secara spesifik sehingga dapat
diketahui penyebab masalah kesehatan klien dan menentukan jenis terapi yang
tepat (sensitivitas)
b. Sputum
sitologi : mengidentifikasi bentuk, struktur, fungsi dan patologi sel.
Pemeriksaan ini di lakukan untuk mengidentifikasi adanya sel kanker di dalam
paru-paru serta spesifikasi sel tersebut. Spesimen untuk kepentingan sitologi
sering dilakukan secara berseri sebanyak 3 kali setiap pagi.
c. Sputum
AFB (Acid-Fast Bacillus, Bakteri Tahan
Asam/BTA): mengidentifikasi adanya penyakit TBC (Tuberculosis pam). Pemeriksaan
ini dilakukan secara berseri sebanyak 3 hari berturut-turut.
d. Menilai
efektifitas terapi yang sudah di lakukan.
3.Indikasi
Efektif dilakukan pada klien dengan
supect penyakit pernafasan, seperti bronchitis, TBC, kanker paru, dan
lain-lain.
4.Hal-hal yang perlu
diperhatikan
a. Lakukan
pengambilan specimen di pagi hari karena akumulasi secret paling banyak di pagi
hari. Lakukan sebelum melakukan aktifitas harian, termasuk makan dan minum.
b. Jika
klien menggunakan gigi palsu, maka lepaskan alat tersebut terlebih dahulu
sebelum melakukan prosedur.
c. Lakukan
perawatan mulut sebelum pengambilan sputum karena specimen dapat terkontaminasi
dengan mikroorganisme yang ada di mulut.
d.
Minta klien untuk menarik nafas panjang kemudian
melakukan batuk efektif. Keluarkan sputum sebanyak kurang lebih 2 sendok makan
atau 15-30 cc.
e.
Gunakan sarung tangan untuk menghindari
kontak langsung dengan sputum yang dihasilkan klien.
f.
Yakinkan sputum yang di keluarkan klien
maasuk ke daalam penampung sputum dan tidak menyentuh bagian luar penampung
sputum.jika bagian luar sputum terkontaminasi dengan sputum, bersihkan dengan cairan
desinfektan.
g.
Lakukan perawatan mulut kembali setelah
pengambilan sputum untuk menghilangkan
bau atau ras yang tidak enak.
h.
Pemeriksaan sputum kultur membutuhkan
waktu beberapa hari. Untuk kultur bakteri diperlukan waktu 2-3 hari untuk
tumbuh, sedangkan pertumbuhan jamur membutuhkan waktu satu minggu atau lebih.
Tes sensitivitas untuk menentukan terapi (misaknya antibiotic) yang tepat,
memerlukan waktu tambahan 1-2 hari.
5.Persiapan
alat
Botol kecil untuk wadah sampel sputum dengan syarat
:
a. Mulut
botol lebar
b. Penutup
berulir
c. Steril
d. Tidak
mudah pecah
e. Tidak
bocor
f. Sekali
pakai
6.Prosedur
kerja
1. Menganjurkan
klien untuk berkumur terlebih dahulu.
2. Menyiapkan
wadah sampel yang memenuhi syarat.
3. Meminta
klien untuk berdiri atau duduk dengan tubuh condong kedepan.
4. Meganjurkan
klien untuk menarik nafas dalam,kemudian batuk dengan segera dan sekuat mungkin
hingga sputum terasa keluar dari trakea. Bukan tenggorok.
5. Tampung
sputum yang keluar kedalam wadah yang telah di siapkan. . bersihkan mulut
wadah, kemudian tutup. Pastikan sampel yang di peroleh adalah sputum, bukan air
liur.
6. Beri
label pada wadah dan kirim dengan segera kelaboratorium beserta formulir
pemeriksaan.
C.Pengambilan cairan vagina
1.Dasar teori
Hapusan
kemaluan/genetalia dilakukan pada pasien wanita dengan tersangka terkena
infeksi menular seksual, Ca atau infeksi dari leher rahim. Pada pemeriksaan pap
smear lendir di ambil dari forniks posterior dan dilakukan pada saat pasien
tidak sedang haid (Kusmiyati,2007).
2.Tujuan
pemeriksaan
1.
Deteksi dini dan diagnosis kanker
serviks.
2.
Mengetahui perubahan perkembangan sel
kanker rahim, sampai mangarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini.
3.Kapan
pemeriksaan dilakukan
1.
Saat wanita berusia diatas 20 tahun yang
telah menikah atau sudah melakukan senggama,
dianjurkan sekali setahun secara teratur seumur hidup.
2.
Bila pemeriksaan tahunan 3 kali
berturut-turut hasilnya normal, pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap
3 tahun.
Kanker serviks atau kanker leher
rahim
1.
Kanker yang paling banyak diderita
wanita di dunia.
2.
Di Indonesia merupakan jenis kanker
terbanyak pada wanita.
3.
Angka kematian yang tinggi karena
sebagian penderita datang pada stadium lanjut.
4.
Tidak terjadi secara tiba-tiba.
5.
Prosesnya bertahap dan memerlukan waktu
yang cukup lama, tetapi progresif.
6.
Bermula dari kelainan sel yang mengalami
mutasi, lalu berkembang menjadi sel di plastik sehingga terjadi kelainan epitel
yang disebut displasia (lesi prakanker).
Deteksi Dini
Deteksi dini dilakukan dengan
pemeriksaan pap smear. Pemeriksaan ini berguna sebagai pemeriksaan penyaring
dan pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga
kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih mudah dan
murah. Bagi wanita berusia diatas 25 tahun yang telah menikah atau sudah
melakukan senggama dianjurkan untuk pap smear sekali setahun secara teratur
seumur hidup. Bila pemeriksaan tahunan 3 kali berturut-turut hasilnya normal,
pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap 3 tahun. Pada wanita dengan
resiko tinggi, pemeriksaan harus dilakukan sekali setahun atau sesuai petunjuk
dokter. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit serta bisa
dilakukan setiap saat, kecuali pada masa haid. 2 hari sebelum dilakukan
pemeriksaan pap smear jangan menggunakan obat-obatan yang dimasukkan ke dalam
liang senggama (vagina). Bila hasil pemeriksaan pap smear ditemukan adanya
sel-sel epitel serviks yang bentuknya abnormal (displasia), harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut (Widyastuti, Yani. 2009).
Pengobatan
Bila ditemukan pada stadium dini,
kesembuhan penyakit kanker serviks akan sempurna, hampir 100%. Pengobatan
stadium prakanker dapat dilakukan dengan cara seperti krioterapi, vaporisasi
laser, elektrokoagulasi diatermik, dan konisasi. Pengangkatan rahim (uterus)
total bisa dipertimbangkan bila sudah cukup anak. Setelah operasi pengangkatan
rahim total, dilanjutkan dengan radioterapi. Kemoterapi dilakukan pada stadium
lanjut yang telah bermetastasis jauh atau timbul ke kambuhan (Widyastuti, Yani.
2009).
Faktor
resiko
Dari hasil penelitian mutakhir diketahui
bahwa penyebab kanker serviks adalah sebagai berikut :
1.
Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Lebih dari 90% kasus
kondiloma serviks, semua NIS, dan kanker serviks mengandung DNA virus HPV. Dari
70 tipe HPV yang diketahui saat ini, ada 16 tipe HPV yang erat kaitannya dengan
kejadian kanker serviks. Virus ini ditularkan melalui hubungan seksual. Wanita
yang beresiko terkena penyakit akibat hubungan seksual juga beresiko terinfeksi
virus ini sehingga mempunya resiko terkena kanker serviks.
2.
Perilaku seksual
Berdasarkan penelitian,
resiko kanker serviks meningkat lebih dari 10 kali bila berhubungan dengan 6
atau lebih mitraseks, atau bila berhubungan seks pertama dibawah 15 tahun.
Resiko juga meningkat biloa berhubungan seks dengan laki-laki beresiko tinggi
(laki-laki yang berhubungan seks dengan banyak wanita), atau laki-laki yang
mengidap penyakit jengger ayam (kondiloma akuminatum) di zakarnya (penis).
3.
Rokok sigaret
Wanita perokok
mempunyai resiko 2 kali lipat terhadap kanker serviks dibandingkan dengan
wanita bukan terkandung nikotin dan zat lainnya yang terdapat di dalam rokok.
Zat-zat tersebut menurunkan daya tahan serviks dan menyebabkan kerusakan DNA
epitel serviks sehingga timbul kanker serviks, disamping merupakan kokarsinogen
infeksi virus.
4.
Trauma kronis pada serviks
Trauma ini terjadi
karena persalinan yang berulang kali (banyak anak), adanya infeksi, dan iritasi
menahun.
5.
Kontrasepsi oral dapat meningkatkan
resiko
1,5 sampai 2,5 kali
bila diminum dalam jangka panjang, yaitu lebih dari 4 tahun.
6.
Defisiensi zat gizi
Beberapa penelitian
menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan resiko terjadinya
NIS 1 dan NIS 2, serta mungkin juga meningkatkan resiko terkena kanker serviks
pada wanita yang rendah konsumsi beta karoten dan vitamin (A, C, dan E).
4.Persiapan Alat
a. Kapas lidi steril atau oase
b.Objek gelas
c.Bengkok
d.Sarung tangan
e. Larutan clorin 0,5%
f.Spekulum
g.Kain kassa, kapas sublimat
h.Perlak
i.handuk
5.Prosedur kerja
1.
Memberi tahu dan menjelaskan pada pasien
tindakan yang akan dilakukan
2.
Menyiapkan alat dan bahan
·
Kapas lidi steril atau oase
·
Objek gelas
·
Bengkok
·
Sarung tangan
·
Larutan clorin 0,5%
·
Spekulum
·
Kain kassa, kapas sublimat
·
Perlak
·
handuk
3.
Memasang sampiran
4.
Menganjurkan pasien untuk membuka pakaian
bawah (tetap jaga privacy pasien)
5.
Memasang perlak di bawah bokong pasien
6.
Mengatur posisi pasien dengan kaki di
tekuk dorsal recumbent
7.
Mencuci tangan dengan tehnik tujuh
langkah dengan sabun dan air mengalir,lalu mengeringkannya dengan handuk bersih
8.
Memakai sarung tangan steril
9.
Buka labia mayora dengan ibu jari dan
jari telunjuk tangan yang tidak dominan
10.
Mengambil sekret vagina dengan kapas
lidi tangan yang dominan sesuai kebutuhan
11.
Menghapus secret vagina pada objek glass
yang di sediakan
12.
Membuang kapas lidi dalam bengkok
13.
Memasukan objek gelas kedalam piring
petri atau kedalam tabung kimia dan tutup
14.
Memberi label dan mengisi formulir
pengiriman spesimen untuk dikirim ke laboratorium
15.
Setelah selesai,membereskan alat
16.
Mencuci sarung tangan dalam larutan
clorin 0,5%,lepas sarung tangan secara terbalik dan merendam dalam larutan
clorin selama 10 menit
17.
Mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir,mengeringkan dengan handuk bersih
18.
Evaluasi
19.
Melakukan dokumentasi tindakan yang
telah di lakukan
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
tinjauan hasil teori-teori tentang pengambilan spesimen feses/tinja,sputum,cairan vagina
telah diketahui dengan adanya tinjauan pemeriksaan laboratorium merupakan suatu
tindakan dan prosedur untuk pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel
dari penderita berupa feses,sputum(dahak),dan cairan vagina.
Adapun
tujuan dari pemeriksaan laboratorium yaitu:
·
Mendeteksi penyakit-penyakit
·
Menentukan resiko
·
Scanning/uji saring adanya penyakit sub
klinis
·
Konfirmasi pasti diagnosis
·
Menentukan kemungkinan diagnostic yang
dapat menyamarkan gejala klinis
·
Membantu pemantauan pengobatan
·
Memantau perkembangan penyakit
·
Mengetahui ada tidaknya penyakit
Langganan:
Postingan (Atom)