Senin, 07 Juli 2014

UAS hari ini

untuk UAS kali ini sangat-sangat bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang maksimal.karena semakin kita naik smester semakin rumit dan runyam pelajara-pelajaran yang kita harus kuasai..
 tetapi meski demikian kita harus tetap semangat untuk menjalani UAS ini.karna ini merupakan bagian terkecil dari masa depan kita.

Selasa, 24 Juni 2014

HIV AIDS
                                                 penularan hiv aids
Setiap tanggal 1 Desember kita memperingati Hari Aids Sedunia. Pada hari itu kita seolah diingatkan kembali pada bahaya penyakit hiv aids. Penyakit ini telah menimbulkan banyak korban di seluruh dunia. Begitupun penularan hiv aids cenderung makin cepat dan meningkat dari waktu ke waktu, termasuk di Indonesia. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit ini membuat penyebaran hiv aids di Indonesia meluas dan tidak bisa dihentikan.

Pengertian penyakit HIV/AIDS             

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) atau syndrome penurunan kekebalan tubuh yang di dapat, adalah infeksi yang disebabkan oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). Penyakit HIV/AIDS merujuk pada keadaan seseorang yang tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh sehingga berbagai macam penyakit dapat menyerang dan sangat sulit untuk disembuhkan. Hampir semua penderita AIDS berakhir dengan kematian, karena hingga saat ini penyakit AIDS belum ada obatnya.
Penderita penyakit AIDS di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Keadaan ini tentu sangat memprihatinkan. Pada awal tahun 2004 ada enam propinsi yang diprioritaskan berhubung tingginya jumlah kasus HIV/AIDS, yaitu Jakarta, Papua, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat dan Riau. Kemudian pada akhir 2004 bertambah enam propinsi lagi yaitu Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Banten.
Penyakit AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. Namun tidak semua orang yang terinfeksi HIV akan mengalami gejala AIDS. AIDS dapat ditularkan lewat hubungan seksual, persalinan dan menyusui, dan kontak darah dengan penderita. 

 

 

 

Gejala infeksi HIV/AIDS

Gejala infeksi tahap awal

Sebagian besar orang yang terkena infeksi HIV tidak menyadari adanya gejala infeksi HIV tahap awal. Karena, tidak ada gejala mencolok yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal, bahkan mungkin sampai bertahun-tahun kemudian.  Meskipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV akan membawa virus HIV dalam darahnya. Orang yang terinfeksi tersebut akan sangat mudah menularkan virus HIV kepada orang lain, terlepas dari apakah penderita tersebut kemudian terkena AIDS atau tidak . Untuk menentukan apakah virus HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah dengan tes HIV.

Gejala infeksi tahap menengah

Gejala infeksi HIV pada tahap menengah sudah lebih jelas, misalnya flu yang berulang-ulang  : lesu, demam, berkeringat, otot sakit, pembesaran kelenjar limfe, batuk.
Gejala infeksi HIV lainnya yaitu infeksi mulut dan kulit yang berulang-ulang, seperti sariawan, atau gejala-gejala dari infeksi umum lain yang selalu kambuh karena penurunan kekebalan tubuh.

Gejala infeksi tahap akhir

Gejala infeksi HIV tahap akhir disebut juga gejala AIDS, yaitu berat badan menurun dengan cepat, diare kronis, batuk, sesak nafas (infeksi paru-paru, tuberculosis yang telah meluas), bintik-bintik atau bisul berwarna merah muda atau ungu (kanker kulit yang disebut sarcoma kaposi), pusing-pusing, bingung, infeksi otak.

Penyebab penyakit HIV/AIDS

Penyebab penyakit HIV/AIDS adalah infeksi oleh virus HIV, yang menyerang system kekebalan tubuh sehingga sel-sel pertahanan tubuh makin lama makin banyak yang rusak. Penderita infeksi HIV menjadi sangat rentan terhadap semua bentuk infeksi. Pada tahap akhir, penderita tidak bisa tahan terhadap kuman-kuman yang secara normal bisa dilawannya dengan mudah.
Infeksi HIV ditularkan melalui hubungan badan baik vagina, anus, dan kontak dengan darah penderita HIV, seperti lewat jarum suntik, bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi HIV, menerima transfusi darah yang terinfeksi, serta transplantasi organ tubuh.
Apabila anda merasa telah terkena infeksi HIV segeralah periksa ke dokter. Hindari tempat-tempat yang banyak serangan penyakit. Tidak melakukan hubungan badan dan mencegah kehamilan, serta jangan menjadi donor darah , sperma, ataupun organ tubuh.
Sebagai tambahan : infeksi HIV/AIDS tidak bisa ditularkan lewat kontak sosial biasa seperti berjabat tangan dan berpelukan. Makanan atau alat-alat makan. Toilet dan kolam renang. Gigitan nyamuk atau serangga lain serta donor darah yang bebas virus HIV.

Cara pencegahan penyakit HIV/AIDS

Mencegah penyakit HIV/AIDS relatif lebih mudah dibandingkan dengan mengobatinya. Mencegah penyakit HIV/AIDS akan semakin penting artinya berhubung penyakit ini belum ditemukan obatnya. Berikut ini beberapa cara pencegahan penyakit HIV/AIDS :
  1. Setialah dengan suami atau  istri anda. Lakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan hidup anda (safe sex).
  2. Menghindari seks bebas (free sex). Jangan melakukan hubungan badan dengan pekerja seksual (PSK) atau berganti-ganti pasangan.
  3. Gunakan kondom secara benar dalam berhubungan seksual, kecuali untuk pasangan-pasangan yang menginginkan bayi. Kondom bisa menurunkan resiko infeksi tetapi tidak dapat mencegahnya secara total. Kondom yang terbuat dari selaput (membrane) binatang terlalu tipis untuk dapat melindungi.
  4. Hindari penyalah-gunaan obat terlarang, narkoba dan penggunaan jarum suntik bersama-sama.
  5. Bila ingin akupunctur, tattoo, atau tindik telinga pastikan bahwa alat-alat yang dipakai telah disterilkan.
  6. Bila perlu operasi, sebaiknya minta transfuse darah autologous, yaitu donor darah untuk nantinya dipakai sendiri

Kewaspadaan umum untuk mencegah infeksi HIV/AIDS

Prinsip kewaspadaan dalam menghindari penyakit AIDS mutlak diperlukan bagi mereka yang rentan terhadap penularan infeksi HIV. Prinsip ini dikenal sebagai prinsip kewaspadaan umum(general precaution), yakni pedoman tentang cara pengendalian infeksi untuk melindungi para pekerja medis, pasien, maupun orang lain sehingga mereka terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan melalui darah dan cairan tubuh tertentu.
Kewaspadaan umum dalam mencegah infeksi hiv aids meliputi :
  1. Cara menangani dan membuang benda-benda tajam yang dapat menimbulkan luka, sayatan atau  tusukan. Termasuk dalam hal ini adalah jarum, jarum hipodermik, pisau bedah, gunting, perangkat infus, gergaji, pecahan kaca, dan lain-lain.
  2. Membersihkan  tangan dengan sabun dan air sebelum maupun sesudah melakukan semua prosedur operasi.
  3. Memakai alat pelindung seperti sarung tangan, jubah, masker, dan kacamata pelindung bila terpaksa harus bersentuhan langsung dengan darah dan cairan tubuh lainnya.
  4. Melakukan pembersihan atau desinfeksi peralatan kerja dan lain-lain yang terkontaminasi.
  5. Penanganan tempat tidur, seprei kotor, lantai yang terkena noda secara tepat.
Sekalipun prinsip kewaspadaan umum untuk mencegah hiv aids ini terutama ditujukan kepada para pekerja medis, tak ada salahnya bila kita semua berhati-hati dan waspada untuk mencegah terjadinya luka yang disebabkan oleh jarum, pisau, gunting dan peralatan tajam lainnya. Apalagi bila kita hidup berdampingan dengan orang yang terkena infeksi HIV.
Akhirnya, menerapkan gaya hidup sehat dan setia pada pasangan suami atau istri anda mungkin adalah cara paling sederhana yang bermanfaat agar terhindar dari penyakit HIV/AIDS yang mematikan ini.
Penularan hiv aids                    
Seperti kita ketahui,penularan hiv aids bisa bersifat seksual maupun non-seksual. Bersifat seksual artinya penularan tersebut melalui hubungan intim dimana salah satu pihak sudah terkena virus hiv terlebih dahulu. Dan bersifat non-seksual jika penularan itu terjadi selain lewat hubungan intim, seperti transfusi darah, pemakaian jarum suntik bersama, ataupun pada saat persalinan dari ibu yang terkena virus hiv kepada bayinya. 
Dari sekian banyaknya kasus hiv aids di Indonesia, maka 95 % diantaranya disebabkan oleh hubungan seksual. Dari jumlah tersebut 65 % merupakan hubungan heteroseksual dan 30 % homoseksual.  Yang mengagetkan adalah baru-baru ini terungkap fakta bahwa penularan hiv aids dikalangan ibu rumah tangga lebih tinggi dari pada penularan yang terjadi pada pekerja seks komersial (PSK), seperti dilaporkan oleh beberapa Komisi Penanggulangan Aids (KPA) di daerah Bangka Belitung dan Yogyakarta.
Hiv Aids di Indonesia
Kasus hiv aids di negara kita pertama kali muncul pada 1987, di Bali. Saat itu seorang wisatawan asal Belanda meninggal di RS Sanglah, Denpasar, karena terkena penyakit hiv aids. Setelah itu bermunculan beberapa kasus hiv aids yang lain.
Untuk menangani berbagai kasus hiv aids di Indonesia dibentuklah Komisi Penanggulangan Aids dengan dibantu oleh Badan Koordinasi keluarga Berencana nasional (BKKBN). Setidaknya dewasa ini ada delapan provinsi yang menjadi prioritas penanggulangan hiv aids yaitu : Papua, Papua Barat, Sumatera Utara, Jawa Timur, Jakarta, Kepulauan Riau, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Meski telah banyak upaya dilakukan untuk mencegah hiv aids, namun sejumlah kasus hiv aids di Indonesia menunjukkan, betapa banyak penularan hiv aids terjadi karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat pada penyakit ini. Kenyataan tersebut ibarat menggugat kita pada pertanyaan yakni apakah semua upaya yang telah dilakukan untuk mencegah penyebaran hiv aids itu berdampak efektif di masyarakat ? Ataukah kita salah prediksi dengan menganggap seolah masyarakat sudah mengerti dan menyadari betul tentang bahaya hiv aids, padahal faktanya tidak demikian ?
Pemerintah dalam hal ini KPA dan BKKBN serta berbagai elemen masyarakat memang tak pernah berhenti memberikan informasi seputar hiv aids. Begitupun berbagai sarana dipakai untuk membantu masyarakat memahami tentang apa dan bagaimana penyebab, gejala, pencegahan, dan cara penularan hiv aids. Dari sarana yang paling sederhana seperti temu wicara masyarakat dengan petugas penyuluhan hiv aids di pelosok desa, sampai yang melibatkan perangkat hi-tech dan multimedia terkini.
Nyatanya potret penularan hiv aids dan penyebarannya di Indonesia mencuatkan hal yang paradoksal. Disatu sisi tak bisa dipungkiri bahwa, pemerintah dan berbagai elemen masyarakat telah banyak melakukan upaya dalam pencegahan hiv aids di Indonesia. Namun pada sisi lain korban terus berjatuhan, dan jumlah penderita hiv aids menunjukkan grafik yang meningkat dari tahun ke tahun. Selain paradoksal kenyataan itu juga menggelitik untuk segera dicari jawabannya.
Jika demikian halnya, adalah wajar bila kita bertanya apakah semua upaya yang dilakukan itu berdampak efektif dalam mencegah penularan hiv aids dan penyebarannya di masyarakat ? Jika ada yang kurang dalam upaya tersebut, lalu apa yang mesti ditambahkan ? Jika ada yang salah, lalu apa yang harus dikoreksi ? Semua itu adalah agar korban tidak terus berjatuhan dan jumlah penderita hiv aids tidak lagi bertambah
Cara baru dalam penanganan hiv aids
Mencegah penularan dan penyebaran hiv aids di Indonesia, memang bukan pekerjaan mudah. Penularan dan penyebaran penyakit hiv aids merupakan masalah sosial yang dipengaruhi banyak faktor. Misalnya budaya, sikap mental, pengetahuan, kesadaran masyarakat, pendekatan, teknik dan cara penyuluhan hiv aids itu sendiri, isi pesan yang disampaikan dan lain-lain.
Seharusnya dengan semakin banyak upaya atau program dilakukan untuk mencegah hiv aids, maka korban dan penderita hiv aids akan turun. Namun faktanya tidak demikian. Kecenderungannya penderita aids terus meningkat dari waktu ke waktu.
Jika demikian, mungkinkah kita memerlukan cara penanganan hiv aids yang baru, yang berbeda dari sebelumnya ? Yaitu agar penularan dan penyebaran hiv aids di Indonesia bisa segera diatasi bersama.
Salah satu yang sering dikesampingkan dalam penanganan hiv aids adalah pendekatan moral dan agama. Pendekatan moral dan agama sudah dianggap “tidak penting” lagi. Buktinya adalah adanya wacana pembagian kondom gratis untuk mencegah penularan hiv aids di kalangan masyarakat yang rentan terhadap bahaya hiv aids.
Wacana itu pun menuai banyak kritikan karena dianggap memberi peluang bagi seks bebas yang dilarang agama. Wacana itu lalu dihentikan, tapi hal itu terlanjur membuktikan bahwa nilai-nilai moral dan keagamaan telah dinomorduakan dalam upaya pencegahan hiv aids.
Mungkin sudah saatnya upaya pencegahan penularan hiv aids di Indonesia ini lebih merangkul dan mengakomodir nilai-nilai moral dan keagamaan didalamnya.

PENGERTIAN NARKOBA
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Narkoba, Wikipedia bahasa Indonesia, 2010)
Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah di luar batas dosis.

JENIS-JENIS NARKOBA
Dalam Wikipedia bahasa Indonesia dan buku BNN, jenis-jenis narkoba diantaranya adalah:

a. OPIAT (PUTAUW)
Nama lainnya adalah Pe-te ,zat ini ada lah turunan ke lima - ke enam dari Heroin yang dibuat dari bungan yang namanya Opium. Ada dua jenis yaitu jenis Banana dan jenis Snow White yang berbentuk seperti Bedak.
- Ciri pengguna putaw:
Pada tahap awal biasanya pengguna akan terlihat tidak bersemangat ,mata sayu, pucat ,tidak dapat berkonsentrasi ,hidung sering terasa gatal , mual dan selalu terlihat mengantuk.! Kurus karena nafsu makan berkurang ,emosi sangat labil , sehingga sering marah dan sering pusing atau sakit kepala.
-Sakauw
Adalah terhentinya suplai PUTAUW sehingga akan menimbul
kan gejala mual-mual , mata dan hidung berair ,tulang dan sendi-sendi terasa ngilu , badan berkeringat tidak wajar dan pemakai terlihat menggigil seperti kedinginan.

b. AMFETAMIN (SHABU – SHABU)
Ini adalah nama GAUL dari Methamphetamine ,berbentuk kristal seperti gula pasir atau seperti VETSIN (bumbu penyedapmakanan). Ada beberapa jenis antara lain : Chystal ,Coconut ,Gold River.
- Ciri pengguna shabu-shabu :
Setelah menggunakannya ,pemakai akan terlihat bersemangat , tapi juga cenderung Paranoid (suka curiga) ,terkesan tidak bisa diam, tidak bisa tidur karena cenderung untuk terus beraktivitas ,tapi tetap akan sulit berfikir dengan baik.

c. BENZODIAZEPIN (ECSTASY)
Yang satu ini adalah zat Psikotropika ,jenis yang populer beredar dimasyarakat adalah : Alladin , Apel , Electric , Butter fly dengan nama Gaul yang bermacam - macam.
- Ciri pengguna ectasy:
Setelah memakai pengguna akan menjadi energik tapi mata sayu dan pucat, berkeringat dan tidak bisa diam ,dan susah tidur. Efek Negatif yang dapat timbul adalah kerusakan saraf otak dehidrasi (kurang cairan) ,gangguan lever ,tulang dan gigi keropos , kerusakan saraf mata dan tidak nafsu makan.

d. CANNABIS/GANJA
Cannabis atau yang dikenal juga dengan nama Tetrahidrocana hidrol ,adalah jenis tanaman yang dikeringkan dengan efek dapat membuat pemakainya menjadi TELER atau FLY.
- Ciri pengguna cannabis
Biasanya setelah menggunakan mata akan terlihat sembah atau kantung mata terlihat bengkak ,merah dan berair , terlihat sering bengong ,pendengaran seperti berkurang , sulit berpikir ,perasaan gembira dan selalu tertawa ,tapi juga dapat cepat menjadi marah dan tidak bergairah.



EFEK YANG DITIMBULKAN DARI PENGGUNAAN NARKOBA
  a. Gejala-Gejala Pemakaian Narkoba Yang Berlebihan

  1. Opiat (heroin, morfin, ganja)
 - perasaan senang dan bahagia
 - acuh tak acuh (apati)
 - malas bergerak
- mengantuk
- rasa mual
- bicara cadel
- pupil mata mengecil (melebar jika overdosis)
- gangguan perhatian/daya ingat

2. Ganja
- rasa senang dan bahagia
- santai dan lemah
- acuh tak acuh
- mata merah
- nafsu makan meningkat
- mulut kering
- pengendalian diri kurang
- sering menguap/ngantuk
- kurang konsentrasi
- depresi

3. Amfetamin (shabu, ekstasi)
- kewaspadaan meningkat
- bergairah
- rasa senang, bahagia
- pupil mata melebar
- denyut nadi dan tekanan darah meningkat
- sukar tidur/ insomnia
- hilang nafsu makan

4. Kokain
- denyut jantung cepat
- agitasi psikomotor/gelisah
- euforia/rasa gembira berlebihan
- rasa harga diri meningkat
- banyak bicara
- kewaspadaan meningkat
- kejang
- pupil (manik mata) melebar
- tekanan darah meningkat
- berkeringat/rasa dingin
- mual/muntah
- mudah berkelahi
- psikosis
- perdarahan darah otak
- penyumbatan pembuluh darah
- nystagmus horisontal/mata bergerak tak terkendali
- distonia (kekakuan otot leher)

5. Alkohol
- bicara cadel
- jalan sempoyongan
- wajah kemerahan
- nafas bau alkohol

6. Benzodiazepin (pil nipam, BK, mogadon)
- bicara cadel
- jalan sempoyongan
- wajah kemerahan
- banyak bicara
- mudah marah
- gangguan pemusatan perhatian

Tanda-Tanda Kemungkinan Penyalahgunaan Narkotika dan Zat adiktif
1. Fisik
- berat badan turun drastis
- mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman
- tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas gigitan nyamuk dan
ada tanda bekas luka sayatan. Goresan dan perubahan warna kulit di tempat
bekas suntikan
- buang air besar dan kecil kurang lancar
- sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas

2. Emosi
- sangat sensitif dan cepat bosan
- bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap membangkang
- emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar
terhadap anggota keluarga atau orang di sekitarnya
- nafsu makan tidak menentu

3. Perilaku
- malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya
- menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga
- sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit
dan pulang lewat tengah malam
- suka mencuri uang di rumah, sekolah ataupun tempat pekerjaan dan menggadaikan barang-barang berharga di rumah. Begitupun dengan barang-barang berharga miliknya, banyak yang hilang
- selalu kehabisan uang
- waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang, ruang yang gelap, kamar mandi, atau tempat-tempat sepi lainnya
- takut akan air. Jika terkena akan terasa sakit – karena itu mereka jadi malas mandi
- sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala
“putus zat”
- sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila ada maunya, seperti saat membutuhkan uang untuk beli obat
- sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan
- mengalami jantung berdebar-debar
- sering menguap
- mengeluarkan air mata berlebihan
- mengeluarkan keringat berlebihan
- sering mengalami mimpi buruk
- mengalami nyeri kepala
- mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi

ALTERNATIF PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA di KALANGAN PELAJAR

Pencegahan penggunaan narkoba di kalangan pelajar dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer ditujukan kepada:
a. Remaja/pelajar yang belum menyalahgunakan narkoba
b. Semua sektor masyarakat yang berpotensi membantu para remaja/pelajar mencegah penyalahgunaan narkoba, misalnya: organisasi pemuda, orang tua, tokoh masyarakat, para guru, jajaran pemerintah setempat dan masyarakat.
c. Pelaksanaan pencegahan dalam bentuk:
1. Penyuluhan yaitu berupa tatap muka (ceramah, diskusi, seminar); melalui media (surat kabar, leaflet, brosur, buletin), penyuluhan moral keagamaan, penyaluran kegiatn (olah raga, kesenian, kerajinan, keagamaan).
 Pencegahan yang lain adalah:
1.    Prinsip hidup sehat
2.    Memperkuat keimanan
3.     Memilih lingkungan pergaulan yang sehat
4.    Komunikasi yang baik
5.    Hindari pintu masuk narkoba yaitu rokok

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada para remaja yang sudah coba-coba menggunakan narkoba baik di sekolah maupun luar sekolah serta sektor-sektor masyarakat yang dapat membantu remaja untuk berhenti menyalahgunakan narkoba (organisasi pemuda, orang tua, tokoh masyarakat, para guru, jajaran pemerintah setempat dan masyarakat).

Pelaksanaan dalam  pencegahan adalah:
1. Pengobatan adiksi (detoks)
Pertolongan pertama penderita dimandikan dengan air hangat, minum banyak, makan makanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan dialihkan perhatiannya dari narkoba. Bila tidak berhasil perlu pertolongan dokter. Pengguna harus diyakinkan bahwa gejala-gejala sakaw mencapai puncak dalam 3-5 hari dan setelah 10 hari akan hilang.
Pertolongan berikutnya adalah detoksifikasi. Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif lain) dari tubuh dengan cara menghentikan total pemakaian semua zat adiktif yang dipakai atau dengan penurunan dosis obat pengganti.
Detoksifikasi bisa dilakukan dengan berobat jalan atau dirawat di rumah sakit. Biasanya proses detoksifikasi dilakukan terus menerus selama satu sampai tiga minggu, hingga hasil tes urin menjadi negatif dari zat adiktif

2. Pengobatan infeksi
3. Rehabilitasi
4. Pelatihan mandiri
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier ditujukan pada para remaja/pelajar bekas korban penyalahgunaan narkoba untuk mencegah jangan sampai mereka kambuh/relaps dan terjerumus kembali ke dalam penyalahgunaan narkoba.
Pelaksanaan pencegahan dalam bentuk bimbingan social dan konseling terhadap yang bersangkutan dan keluarganya, penciptaan lingkungan social dan pengawasan social yang menguntungkan eks korban, pengembangan bakat, minat dan ketrampilan bekerja.

Dewasa ini, kejadian pergaulan bebas yang terjadi di kalangan remaja banyak berasal dari eksploitasi seksual pada media yang ada di sekeliling kita. Eksploitasi seksual dalam video klip, majalah, televisi, dan film-film ternyata mendorong para remaja untuk melakukan aktivitas seks secara sembarangan di usia muda. Dengan memilih tampilan atau tayangan seks di media, para remaja itu beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang bebas dilakukan oleh siapa, dan dimana saja.
Bahkan tidak sedikit para remaja yang terjerumus pergaulan bebas lain misalnya narkoba, rokok, dan minum minuman keras. Dapat diperkirakan setiap harinya lebih dari 2 juta remaja di negara kita telah mempergunakan rokok maupun narkoba. Oleh karena itu, kami, memilih tema pergaulan bebas remaja untuk dikaji lebih lanjut sebagai informasi bagi kaum remaja.
Masalah ini kami buat berdasarkan sumber-sumber yang jelas dan akurat dengan harapan supaya remaja dapat mengatasi libidonya sehingga para remaja dapat terhindar dari akibat-akibat negatif dari pergaulan seperti pergaulan bebas. Dan menghimbau kepada para remaja untuk tidak salah langkah dalam mengambil keputusan oleh karena perubahan pola pikir yang terjadi pada dirinya.

Pengertian Pergaulan Bebas
Kita tentu tahu bahwa pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa. Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam kemajuan bangsa.

Sedangkan remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 16 tahun sampai dengan 24 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya.
Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.

Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit

 (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai sepera motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa ijin

 (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll.

Sedangkan menurut Sudarsono (1995:13) yang termasuk kenakalan siswa atau remaja meliputi:
a) perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur;
b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar;
c) mengganggu teman;
d) memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan tidak hormat pada orang tua dan saudara;
e) menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu merokok;
f) menonton pornografi; dan
g) corat-coret tembok sekolah







BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pengambilan spesimen feses, sputum dan cairan vagina ini untuk pemeriksaan laboratorium kepada pasien atau  klien yang dibantu atau ditangani oleh tenaga medis dengan pengambilan cara tertentu. Sehingga dimana pengambilan spesimen feses ini dilakukan dengan  cara pemeriksaan kultur yaitu pengambilan tinja dilakukan dengan alat-alat secara steril, sedangkan pengambilan spesimen sputum itu sendiri yaitu bahan yang dikeluarkan dari paru-paru, bronchus dan trachea melalui mulut. Dan pengambilan cairan vagina atau hapusan genitalia ini dilakukan kepada pasien wanita yang terkena infeksi menular seksual atau infeksi dari leher rahim, dimana pemeriksaan pap smear lendir diambil dari forniks posterior dan dilakukan kepada pasien tidak sedang haid.
1.2 Rumusan Masalah               
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini, diantaranya :
1.      Pengambilan spesimen feses dengan pemeriksaan laboratorium
2.      Pengambilan spesimen sputum
3.      Pengambilan cairan vagina atau hapusan genitalia
                                             
1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah keterampilan dasar kebidanan selain itu diharapkan mahasiswa agar mampu :
1.      Mengetahui dan membantu mempraktikan pengambilan spesimen feses kepada pasien saat pengambilan tinja untuk pemeriksaan laboratorium.
2.      Mengetahui dan membantu mempraktikan pengambilan spesimen sputum kepada pasien yang mengalami infeksi atau peradangan saluran pernafasan untuk pemeriksaan laboratorium.
3.      Mengetahui dan membantu mempraktikan pengambilan cairan vagina kepada pasien saat terkena infeksi menular seksual atau infeksi leher rahim.

                                                       














BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengambilan Spesimen Feses atau Tinja
    1.Dasar teori
    Menyiapkan tinja (feses) untuk pemeriksaan laboratorium dengan cara pengambilan tertentu. Tujuan untuk membantu menegakkan  diagnosa. Macam pemeriksaan tinja adalah pemeriksaan lengkap yang meliputi warna, bau, konsistensi, lender, darah dan telur cacing. Pada pasien yang tidak  bisa BAB, tidak boleh dilakukan huknah/ clismah atau diberi obat-obat pencahar, tetapi harus diambil langsung dengan jari yang memakai sarung tangan (cara touche). Untuk pemeriksaan kultur pengambilan  tinja dilakukan secara steril. Caranya sama dengan toucher, tetapi alat-alat yang digunakan dalam keadaan steril.(yuni kusmiati,2007)
      2.Tujuan
Mengidentifikasi adanya darah,urobilinogen,(untuk mengetahui gangguan hati) lemak, nitrogen, parasit, protozoa dan bakteri, mucus dan lemak dalam feses.
        3.Indikasi                                                     
Mengidentifikasi adanya kondisi-kondisi patologi seperti tumor,hemoragik infeksi atau masalah-masalah absorpsi.
        4.Hal-hal yang perlu diperhatikan
a.       Klien dapat melakukan pengambilan secara mandiri tetapi klien perlu di ajarkan cara pengambilan specimen dengan tekhnik aseptic.
b.      Usahakan feses yang di ambil tidak bercampur dengan urin, darah menstruasi, kertas tisu atau air. Akan lebih baik jika klien BAK terlebih dulu sebelum pengambilan spesimen feses. Jika feses tercampur dengan air, maka feses tersebut tidak dapat digunakan untuk pemeriksaan adanya lemak dalam feses tetapi dapat di gunakan untuk pemeriksaan adanya bakteri dalam feses.
c.       Spesimen feses yang sudah di ambil sebaiknya segera mungkin di bawa ke laboratorium karena feses yang fres atau baru di keluarkan oleh klien akan menghasilkan analisa yang jauh lebih akurat.
d.      Gunakan sarung tangan untuk mencegah kontaminasi tangan perawat dengan feses klien.usahakan feses tidak menyentuh bagian luar penampung feses. Gunakan alat bantu untuk memindahkan feses kedalam penampung feses. Jika sudah selesai,bungkus terlebih dahulu alat bantu tersebut sebelum di buang ke kantong plastik sampah khusus untuk mencegah penyebaran mikroorganisme.
e.       Feses yang diambil kurang lebih sepanjang 2,5cm atau sekitar 15-30 cc (jika dalam bentuk cair). Jika feses terdapat lendir, darah atau pus maka sertakan pula dalam pemeriksaan specimen.

5.Persiapan Alat                                                
a.       Sarung tangan
b.      Wadah sampel feses
c.       Lidi 2 batang
d.      Baskom berisi air hangat
e.       Waslap
f.       Pispot
g.      kertas tisu
h.      vaseline
i.        Kapas basuh
6.Prosedur Kerja
1.      Memberitahu dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan
2.      Menyiapkan alat, membawa kedekat pasien
3.      Memasang sampiran
4.      Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
5.      Mencuci tangan denghan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
6.      Memakai sarung tangan
Ø  Pada Pasien yang Tidak Kuat Berjalan
7.      Memasang pengalas dibawah bokong pasien
8.      Memberikan urinal pada pasien untuk BAK/kencing
9.      Mengganti urinal dengan pispot untuk BAB/berak
10.  Mengambil tinja sedikit dengan lidi kapas , memasukkan kedalam tempat/botol yang sudah disediakan
11.  Membantu pasien untuk cebok
Ø  Pada Pasien yang Dapat Berjalan
12.  Memberitahu pasien untuk mengambil tinja dengan lidi kapas dan memasukkan ketempat yang telah disediakan, jangan sampai tinja tercampur dengan airnya
13.  Memberi  etiket yang jelas dan mengisi formulir pengiriman, untuk segera dikirim ke laboratorium
14.  Membereskan alat
15.  Mencuci sarung tangan dengan larutan clorin 0,5%, lepas sarung tangan secara terbalik dan merendam dalam larutan clorin selama 10 menit
16.  Memncuci tangan dengan sabun dan air mengalir, dan mengeringkan dengan handuk bersih
17.  Evaluasi
18.  Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
B.Pengambilan Spesimen sputum
1.Dasar teori
Proses pengambilan sekresi sputum dan paru-paru, bronkus dan trakea yang dihasilkan oleh klien yang sakit. Pada orang yang sehat tidak akan dihasilkan sputum kecuali dalam jumlah yang sangat sedikit. Sebelum dilakukan pengambilan spesimen sputum, klien akan di minta melakukan tekhnik batuk efektif terlebih dahulu sehingga sputum yang ada di dalm paru-paru,bronkus dan trakea akan keluar melalui mulut dan dapat di masukan ke dalam penampung khusus sputum. Jika klien tidak mampu melakukan batuk efektif atau klien dengan penurunan kesadaran, maka pengambilan spesimen sputum dilakukandengan menggunakan alat suction.sputum yang dapat disimpan dalam penampung/wadah sputum.    Waktu pengumpulan sampel sputum ditentukan berdasarkan tujuan pemeriksaan . Berdasarkan  waktu pengumpulan sputum ,  sampel sputum dibagi menjadi dua, yaitu sampel  sputum  pagi hari atau semalam dan sampel sputum sewaktu. Waktu pengumpulan sputum yang paling baik adalah pagi hari, dengan volume sputum yang terkumpul sekitar 3-5 ml pada setiap wadah sampel sputum.(nurhasanah,2011)
       2.Tujuan
a.       Sputum kultur : mengidentifikasi jenis mikroorganisme secara spesifik sehingga dapat diketahui penyebab masalah kesehatan klien dan menentukan jenis terapi yang tepat (sensitivitas)
b.      Sputum sitologi : mengidentifikasi bentuk, struktur, fungsi dan patologi sel. Pemeriksaan ini di lakukan untuk mengidentifikasi adanya sel kanker di dalam paru-paru serta spesifikasi sel tersebut. Spesimen untuk kepentingan sitologi sering dilakukan secara berseri sebanyak 3 kali setiap pagi.
c.       Sputum AFB (Acid-Fast  Bacillus, Bakteri Tahan Asam/BTA): mengidentifikasi adanya penyakit TBC (Tuberculosis pam). Pemeriksaan ini dilakukan secara berseri sebanyak 3 hari berturut-turut.
d.      Menilai efektifitas terapi yang sudah di lakukan.
         3.Indikasi
Efektif dilakukan pada klien dengan supect penyakit pernafasan, seperti bronchitis, TBC, kanker paru, dan lain-lain.
           4.Hal-hal yang perlu diperhatikan
a.       Lakukan pengambilan specimen di pagi hari karena akumulasi secret paling banyak di pagi hari. Lakukan sebelum melakukan aktifitas harian, termasuk makan dan minum.
b.      Jika klien menggunakan gigi palsu, maka lepaskan alat tersebut terlebih dahulu sebelum melakukan prosedur.
c.       Lakukan perawatan mulut sebelum pengambilan sputum karena specimen dapat terkontaminasi dengan mikroorganisme yang ada di mulut.
d.      Minta klien untuk menarik nafas panjang kemudian melakukan batuk efektif. Keluarkan sputum sebanyak kurang lebih 2 sendok makan atau 15-30 cc.
e.       Gunakan sarung tangan untuk menghindari kontak langsung dengan sputum yang dihasilkan klien.
f.       Yakinkan sputum yang di keluarkan klien maasuk ke daalam penampung sputum dan tidak menyentuh bagian luar penampung sputum.jika bagian luar sputum terkontaminasi dengan sputum, bersihkan dengan cairan desinfektan.
g.      Lakukan perawatan mulut kembali setelah pengambilan sputum  untuk menghilangkan bau atau ras yang tidak enak.
h.      Pemeriksaan sputum kultur membutuhkan waktu beberapa hari. Untuk kultur bakteri diperlukan waktu 2-3 hari untuk tumbuh, sedangkan pertumbuhan jamur membutuhkan waktu satu minggu atau lebih. Tes sensitivitas untuk menentukan terapi (misaknya antibiotic) yang tepat, memerlukan waktu tambahan 1-2 hari.
            5.Persiapan alat
Botol kecil untuk wadah sampel sputum dengan syarat :
a.       Mulut botol lebar
b.      Penutup berulir
c.       Steril
d.      Tidak mudah pecah
e.       Tidak bocor
f.       Sekali pakai

6.Prosedur kerja
1.      Menganjurkan klien untuk berkumur terlebih dahulu.
2.      Menyiapkan wadah sampel yang memenuhi syarat.
3.      Meminta klien untuk berdiri atau duduk dengan tubuh condong kedepan.
4.      Meganjurkan klien untuk menarik nafas dalam,kemudian batuk dengan segera dan sekuat mungkin hingga sputum terasa keluar dari trakea. Bukan tenggorok.
5.      Tampung sputum yang keluar kedalam wadah yang telah di siapkan. . bersihkan mulut wadah, kemudian tutup. Pastikan sampel yang di peroleh adalah sputum, bukan air liur.
6.      Beri label pada wadah dan kirim dengan segera kelaboratorium beserta formulir pemeriksaan.

      C.Pengambilan cairan vagina
   1.Dasar teori
   Hapusan kemaluan/genetalia dilakukan pada pasien wanita dengan tersangka terkena infeksi menular seksual, Ca atau infeksi dari leher rahim. Pada pemeriksaan pap smear lendir di ambil dari forniks posterior dan dilakukan pada saat pasien tidak sedang haid (Kusmiyati,2007).
2.Tujuan pemeriksaan
1.         Deteksi dini dan diagnosis kanker serviks.
2.         Mengetahui perubahan perkembangan sel kanker rahim, sampai mangarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini.
3.Kapan pemeriksaan dilakukan
1.         Saat wanita berusia diatas 20 tahun yang telah menikah atau sudah melakukan senggama, dianjurkan sekali setahun secara teratur seumur hidup.
2.         Bila pemeriksaan tahunan 3 kali berturut-turut hasilnya normal, pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap 3 tahun.
            Kanker serviks atau kanker leher rahim
1.         Kanker yang paling banyak diderita wanita di dunia.
2.         Di Indonesia merupakan jenis kanker terbanyak pada wanita.
3.         Angka kematian yang tinggi karena sebagian penderita datang pada stadium lanjut.
4.         Tidak terjadi secara tiba-tiba.
5.         Prosesnya bertahap dan memerlukan waktu yang cukup lama, tetapi progresif.
6.         Bermula dari kelainan sel yang mengalami mutasi, lalu berkembang menjadi sel di plastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia (lesi prakanker).
Deteksi Dini
Deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan pap smear. Pemeriksaan ini berguna sebagai pemeriksaan penyaring dan pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih mudah dan murah. Bagi wanita berusia diatas 25 tahun yang telah menikah atau sudah melakukan senggama dianjurkan untuk pap smear sekali setahun secara teratur seumur hidup. Bila pemeriksaan tahunan 3 kali berturut-turut hasilnya normal, pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap 3 tahun. Pada wanita dengan resiko tinggi, pemeriksaan harus dilakukan sekali setahun atau sesuai petunjuk dokter. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit serta bisa dilakukan setiap saat, kecuali pada masa haid. 2 hari sebelum dilakukan pemeriksaan pap smear jangan menggunakan obat-obatan yang dimasukkan ke dalam liang senggama (vagina). Bila hasil pemeriksaan pap smear ditemukan adanya sel-sel epitel serviks yang bentuknya abnormal (displasia), harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut (Widyastuti, Yani. 2009).
Pengobatan
Bila ditemukan pada stadium dini, kesembuhan penyakit kanker serviks akan sempurna, hampir 100%. Pengobatan stadium prakanker dapat dilakukan dengan cara seperti krioterapi, vaporisasi laser, elektrokoagulasi diatermik, dan konisasi. Pengangkatan rahim (uterus) total bisa dipertimbangkan bila sudah cukup anak. Setelah operasi pengangkatan rahim total, dilanjutkan dengan radioterapi. Kemoterapi dilakukan pada stadium lanjut yang telah bermetastasis jauh atau timbul ke kambuhan (Widyastuti, Yani. 2009).
Faktor resiko
Dari hasil penelitian mutakhir diketahui bahwa penyebab kanker serviks adalah sebagai berikut :

1.         Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Lebih dari 90% kasus kondiloma serviks, semua NIS, dan kanker serviks mengandung DNA virus HPV. Dari 70 tipe HPV yang diketahui saat ini, ada 16 tipe HPV yang erat kaitannya dengan kejadian kanker serviks. Virus ini ditularkan melalui hubungan seksual. Wanita yang beresiko terkena penyakit akibat hubungan seksual juga beresiko terinfeksi virus ini sehingga mempunya resiko terkena kanker serviks.
2.         Perilaku seksual
Berdasarkan penelitian, resiko kanker serviks meningkat lebih dari 10 kali bila berhubungan dengan 6 atau lebih mitraseks, atau bila berhubungan seks pertama dibawah 15 tahun. Resiko juga meningkat biloa berhubungan seks dengan laki-laki beresiko tinggi (laki-laki yang berhubungan seks dengan banyak wanita), atau laki-laki yang mengidap penyakit jengger ayam (kondiloma akuminatum) di zakarnya (penis).
3.         Rokok sigaret
Wanita perokok mempunyai resiko 2 kali lipat terhadap kanker serviks dibandingkan dengan wanita bukan terkandung nikotin dan zat lainnya yang terdapat di dalam rokok. Zat-zat tersebut menurunkan daya tahan serviks dan menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga timbul kanker serviks, disamping merupakan kokarsinogen infeksi virus.
4.         Trauma kronis pada serviks
Trauma ini terjadi karena persalinan yang berulang kali (banyak anak), adanya infeksi, dan iritasi menahun.
5.         Kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko
1,5 sampai 2,5 kali bila diminum dalam jangka panjang, yaitu lebih dari 4 tahun.
6.         Defisiensi zat gizi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan resiko terjadinya NIS 1 dan NIS 2, serta mungkin juga meningkatkan resiko terkena kanker serviks pada wanita yang rendah konsumsi beta karoten dan vitamin (A, C, dan E).

4.Persiapan Alat
              a.  Kapas lidi steril atau oase
              b.Objek gelas
              c.Bengkok
              d.Sarung tangan
              e. Larutan clorin 0,5%
              f.Spekulum
              g.Kain kassa, kapas sublimat
              h.Perlak
              i.handuk                 
            5.Prosedur kerja
1.      Memberi tahu dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan
2.      Menyiapkan alat dan bahan
·         Kapas lidi steril atau oase
·         Objek gelas
·         Bengkok
·         Sarung tangan
·          Larutan clorin 0,5%
·         Spekulum
·         Kain kassa, kapas sublimat
·         Perlak
·         handuk
3.      Memasang sampiran
4.       Menganjurkan pasien untuk membuka pakaian bawah (tetap jaga privacy pasien)
5.      Memasang perlak di bawah bokong pasien
6.      Mengatur posisi pasien dengan kaki di tekuk dorsal recumbent
7.      Mencuci tangan dengan tehnik tujuh langkah dengan sabun dan air mengalir,lalu mengeringkannya dengan handuk bersih
8.      Memakai sarung tangan steril
9.      Buka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak dominan
10.  Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi tangan yang dominan sesuai kebutuhan
11.  Menghapus secret vagina pada objek glass yang di sediakan
12.  Membuang kapas lidi dalam bengkok
13.  Memasukan objek gelas kedalam piring petri atau kedalam tabung kimia dan tutup
14.  Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk dikirim ke laboratorium
15.  Setelah selesai,membereskan alat
16.  Mencuci sarung tangan dalam larutan clorin 0,5%,lepas sarung tangan secara terbalik dan merendam dalam larutan clorin selama 10 menit
17.  Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,mengeringkan dengan handuk bersih
18.  Evaluasi
19.  Melakukan dokumentasi tindakan yang telah di lakukan










BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan hasil teori-teori tentang pengambilan spesimen feses/tinja,sputum,cairan vagina telah diketahui dengan adanya tinjauan pemeriksaan laboratorium merupakan suatu tindakan dan prosedur untuk pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita berupa feses,sputum(dahak),dan cairan vagina.
Adapun tujuan dari pemeriksaan laboratorium yaitu:
·         Mendeteksi penyakit-penyakit
·         Menentukan resiko
·         Scanning/uji saring adanya penyakit sub klinis
·         Konfirmasi pasti diagnosis
·         Menentukan kemungkinan diagnostic yang dapat menyamarkan gejala klinis
·         Membantu pemantauan pengobatan
·         Memantau perkembangan penyakit
·         Mengetahui ada tidaknya penyakit